Gugum Gumbira Tirasondjaja atau lebih dikenal sebagai Gugum Gumbira, seorang maestro tari Jaipongan dari Bandung, Jawa Barat. Gugum dikenal sebagai pencipta tari Jaipongan, komposer Sunda, pemimpin orkestra, dan koreografer.
Lahir pada 4 April 1945, Gugum mulai menekuni dunia seni sejak usianya 20 tahun. Ketertarikan itu bermula ketika ia bekerja di Pemerintah era rezim Soekarno.
Melansir dari buku “Apa Siapa Orang Sunda”, Gugum pernah bekerja sebagai petugas penagih pajak di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung.
Di era 60-an, Presiden Soekarno, dikenal tidak menyukai musik rock and roll dan genre barat lainnya pernah. Hal ini secara tidak langsung memengaruhi Gugum untuk melirik genre seni lokal.
Dari keadaan seperti ini ia mempelajari Tari Jaipong, selama dua belas tahun hingga mahir.
Awal Mula Jaipongan
Jaipongan diciptakan Gugum Gumbira pada akhir tahun 1970-an. Inspirasi untuk menciptakan tarian ini datang dari keinginannya untuk mengembangkan seni tari tradisional Sunda yang mulai tergerus modernisasi.
Gugum melihat potensi yang besar dalam musik tradisional Sunda seperti Ketuk Tilu, Topeng Banjet, dan Wayang Golek. Tarian itu ia olah menjadi tari Jaipongan serta ratusan variasi tarian jaipong dan musik sebagai pendampingnya.
Beberapa macam koreografi untuk Jaipongan, antara lain, Keser Bojong, Rendeng Bojong, TokaToka, Sonteng, dan lain sebagainya. Pada tahun 1974, Jaipongan ditampilkan di depan umum beserta gamelan dan penari.
Beberapa tahun kemudian, Gugum berkelana dari kancah lokal sampai internasional. Tercatat tahun 1979, ia pernah membawa Jaipongan ke Hong Kong. Setelah itu, Jaipong sangat populer dan banyak dimainkan di berbagai acara.
Tarian ini tidak hanya dipentaskan di berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga di panggung-panggung internasional, seperti di Eropa, Amerika, dan Asia. Ini membuat nama Gugum makin dikenal sebagai maestro Jaipong.
Peran Gugum Gumbira dalam Dunia Tari
Gugum Gumbira bukan hanya koreografer, tetapi juga peneliti dan pelestari budaya Sunda. Ia mendirikan sanggar tari dan juga studio rekaman, Jugala di Bandung, tempat ia melatih banyak penari muda dan mengembangkan kreasi tarinya.
Melalui sanggarnya, Sanggar Tari Jugala, Gugum mempopulerkan tari tradisional Jaipongan dan memupuk kecintaan generasi muda terhadap seni tari tradisional, khusunya seni Sunda.
Jugala juga berfungsi sebagai dasar untuk orkestra. Studio ini juga telah menciptakan dan merekam beberapa musisi lainnya, termasuk Sabah Habas Mustapha dan The Residents.
Karya-karya Gugum Gumbira telah memberikan sumbangan besar terhadap pelestarian budaya Sunda. Jaipongan kini menjadi ikon budaya Jawa Barat dan terus diajarkan di berbagai sanggar tari.
Atas dedikasi dan inovasinya terhadap kesenian, Gugum Gumbira kemudian dianugerahi Tanda Jasa Kehormatan dari Pemerintah pada HUT ke-77 Republik Indonesia.
Pada 4 Januari 2020, Gugum Gumbira berpulang di RS Santosa Bandung dengan meninggalkan jejak karya luar biasa, tidak hanya bagi tari Sunda tapi juga kesenian Indonesia. (Dari berbagai sumber)