SD Negeri 1 Lamuk yang terletak di Jamprut, Desa Lamuk, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, telah berdiri sejak tahun 1920 pada masa penjajahan Belanda.
Hingga kini, sekolah ini terus menunjukkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan dasar yang tidak hanya mempertahankan nilai-nilai tradisional, tetapi juga berinovasi mengikuti perkembangan zaman.
Dengan total 98 murid, sekolah ini terus berbenah demi menciptakan generasi yang religius, unggul dalam prestasi, cinta lingkungan, serta berkarakter Pancasila, sesuai dengan visi yang diusung sekolah.
Baca Juga: TNI dan Warga Gaspol Persiapan TMMD di Kaliwiro Wonosobo
Kepala SD Negeri 1 Lamuk, Bapak Lasmono, yang baru dua bulan menjabat, menyampaikan bahwa meskipun sekolah ini sudah berusia lebih dari satu abad, semangat seluruh elemen sekolah tetap terjaga.
“Visi SD Negeri 1 Lamuk adalah terwujudnya insan religius, unggul dalam prestasi, berwawasan lingkungan, dan berkarakter Pancasila,” ungkapnya saat diwawancarai pada Senin (5/52025).
Fasilitas di sekolah ini juga terus diperbarui untuk menunjang proses belajar.
“Kami memiliki alat musik rebana, organ, alat-alat tari, LCD di setiap ruang kelas, dan sekitar 25 hingga 27 laptop yang bisa digunakan siswa,” jelas Lasmono.

Ia juga menambahkan bahwa antusiasme siswa sangat tinggi, bahkan banyak yang datang sebelum pukul 06.15 meski jam masuk baru dimulai pukul 07.00.
Dari sisi prestasi, sekolah ini patut dibanggakan.
“Yang terbaru, kami meraih Juara 1 FLS2N tingkat Kecamatan Kaliwiro, Juara 2 OSN IPA bulan April, dan tim voli putri menjadi juara 1 hingga tingkat kabupaten,” ungkap Lasmono dengan bangga.

Sekolah juga aktif menjaga nilai-nilai budaya lokal dan tradisi. Setiap pagi, siswa disambut guru dengan bersalaman sebelum masuk kelas.
Penggunaan bahasa Jawa tetap diterapkan dalam pembelajaran muatan lokal untuk menjaga kesantunan dan kelestarian budaya.
Bahkan, permainan tradisional seperti dakon, egrang bambu, dan hulahoop masih aktif dimainkan siswa-siswi ketika jam istirahat.

Guru senior, Risti Noviana, yang telah mengabdi selama 21 tahun di SDN 1 Lamuk, membagikan pengalamannya.
“Saya sendiri alumni SDN 1 Lamuk. Dulu saya duduk sebagai murid, sekarang menjadi guru. Ini memberi saya kedekatan emosional dengan sekolah ini,” tuturnya.
Risti juga menekankan pentingnya pembelajaran modern di sekolah.
“Kami tidak hanya ceramah. Anak-anak diajak berdiskusi, mencari informasi sendiri menggunakan Chromebook dan internet. Ini membuat mereka lebih mandiri dan tidak gaptek,” tambahnya.
Pelestarian budaya menjadi bagian penting dari identitas sekolah. Desa Lamuk sendiri dikenal sebagai sentra alat musik bundengan.
“Anak-anak bisa belajar langsung dari para pengrajin dan seniman lokal seperti Ibu Muliani yang rumahnya tepat di depan sekolah,” terang Risti.
Suasana sekolah yang ramah juga dirasakan langsung para siswa.
Arkan, salah satu murid, mengatakan bahwa ia memilih sekolah ini karena dekat dari rumah dan teman-temannya menyenangkan.
“Senang sekolah di sini, teman-temannya baik, guru-gurunya juga baik,” ucapnya singkat.
Hal senada disampaikan Anandia Tasya.
“Sekolah ini bagus dan dekat dari rumah. Guru-gurunya tegas dan baik,” katanya sambil berharap agar sekolah terus berkembang.

Dengan sinergi antara guru, siswa, dan masyarakat, SD Negeri 1 Lamuk membuktikan bahwa sekolah dasar di pelosok desa pun mampu menorehkan prestasi, menjaga budaya, dan memberikan pendidikan berkualitas.
Baca Juga: Kunjungi Patung Biawak, Bupati Wonosobo dan Nabil Muhdor Bahas Potensi Seni Budaya
Lasmono dan Risti Noviana berharap sekolah yang sudah berdiri lebih dari 100 tahun ini dapat terus maju dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
“Kami ingin anak-anak bisa belajar dengan senang, fasilitas makin lengkap, dan prestasi makin meningkat,” tutup Lasmono.