Kolaborasi harmoni antara musik, tari, dan teater hadir dalam pentas kesenian Reak, seni tradisional yang berkembang di masyarakat Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Dalam pertunjukannya, Reak menampilkan alat musik tradisional seperti dogdog, kuda lumping, dan barongan, yang dimainkan untuk mengiringi tarian dan atraksi lainnya.
Disebut kesenian Reak karena saat pertunjukan reak ini berlangsung akan terdengar suara eak-eakan (dalam bahasa Sunda) dari para pemainnya. Reak juga disebut dari Ponorogo karena kata “reak” diadaptasi dari kata “reog”.
Versi lain mengatakan reak berasal dari Bahasa Arab yakni “riyyuq” yang berarti sempurna. Namun pelaku seni reak di kawasan Bandung Timur percaya bahwa kata “Reang” bermakna riweuh atau gaduh karena sorakan.
Pentas Seni Reak sudah hampir 100 Tahun
Menurut beberapa sumber, kesenian Reak yang diperkenalkan dan dikembangkan Abah Juarta ini, memiliki empat aliran utama, yaitu Juarta, Rahma, Kurdi, dan Enjoh.
Kesenian ini muncul ketika Cileunyi dan Cibiru belum tercipta dan masih ada di Ujung Berung.
Di wilayah Cileunyi sendiri, Reak Juarta Putra merupakan grup tertua. Kemudian, muncul grup Maska yang terbentuk pada tahun 1970-1980-an, yang mengikuti aliran dari Aki Rahma, salah satu tokoh penting dalam seni Reak.
Setiap aliran dalam kesenian reak memiliki perbedaan antara satu sama lain. Misalkan untuk aliran Juarta lebih kompleks. Dari segi musik, atraksinya, dan instrumen semuanya ada.
Pertunjukan Reak dimeriahkan berbagai alat musik dan sepasang kuda lumping. Untuk menambah semarak suasana, digunakan seperangkat alat musik tabuh yang disebut dogdog, yang menjadi andalan sekaligus ciri khas kesenian ini.
Perjalanan seni Reak sudah bergulir nyaris 100 tahun yang menunjukkan tajinya sebagai salah satu kesenian Sunda yang bersejarah. Grup yang dipimpin Juarta hingga kini masih ada dan dikelola dengan generasi keempat.
Pertunjukan Kesenian Reak
Kesenian Reak menggunakan alat musik sunda seperti dog-dog (seperti kendang), angklung, gamelan, kuda lumping. Dahulu seni Reak mendatangkan “sesepuh” (karuhun) asli yang didatangkan dengan cara membaca ayat-ayat Al-Quran.
Namun sekarang kesenian Reak sudah berubah. Fungsi kesenian Reak lebih hanya untuk hiburan. Biasanya kesenian ini ditampilkan pada acara khitanan, pernikahan atau acara-acara budaya lainnya.
Salah satu ciri khas kesenian reak adalah menampilkan barong singa yang ditutupi karung goni. Kemudian ada juga tarian kuda lumping. Kesenian ini juga berkaitan dengan para pemain dan penonton yang kerasukan roh leluhur.
Kesenian Reak dari Cileunyi merupakan cerminan kekayaan budaya Sunda.
Melalui upaya pelestarian dan adaptasi terhadap perkembangan zaman, kesenian ini diharapkan dapat terus eksis dan menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat, serta menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka. (Dari berbagai sumber)