By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Membaca Makna dan Filosofi di Balik Sembahyang Twan Yang
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Membaca Makna dan Filosofi di Balik Sembahyang Twan Yang
Warisan Budaya

Membaca Makna dan Filosofi di Balik Sembahyang Twan Yang

Achmad Aristyan
Last updated: 25/01/2025 06:04
Achmad Aristyan
Share
Prosesi Sembahyang Twan Yang di di Jalan Kali Besar, pinggir Sungai Cisadane, Tangerang, Jawa Barat. Foto: merahputih.com/Rizki Fitrianto
SHARE

Perayaan Pehcun merupakan tradisi yang kaya akan nilai spiritual dan budaya. Salah satu bagian penting perayaan ini adalah Sembahyang Twan Yang, yang selalu digelar pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Khongcu Lek. 

Tradisi ini memiliki makna mendalam, tidak hanya sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan dan leluhur, tetapi juga sebagai pengingat untuk menjaga harmoni dengan alam semesta.

Makna Filosofis Sembahyang Twan Yang

Melansir dari mediaindonesia.com, secara etimologi, istilah Twan Yang berasal dari kata “twan” yang berarti lurus, terkemuka, atau menjadi sumber, dan “yang” yang merujuk pada matahari serta segala hal yang bersifat positif.

Karena itu, Twan Yang dimkania saat di mana matahari memancarkan cahayanya yang paling terang. 

Sembahyang ini dilakukan pada waktu Twan Ngo, sekira pukul 11.00-13.00. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan dan leluhur, tradisi ini juga bertujuan menghormati semesta alam. 

Saat itulah manusia diingatkan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan lestari. Perayaan pehcun merupakan tradisi leluhur yang masih dipegang teguh peranakan Tionghoa yang bermukim di sekitar Sungai Cisadane, Jawa Barat

Mitos dan Tradisi Telur Berdiri

Mitos menarik yang kerap dikaitkan dengan perayaan Pehcun adalah fenomena telur berdiri.

Diyakini bahwa pada waktu Twan Ngo, energi bumi dan matahari berada dalam posisi seimbang, sehingga memungkinkan telur untuk berdiri tegak tanpa bantuan. 

Fenomena ini dilakukan sebagai simbol harmonisasi antara manusia dan alam. Banyak masyarakat percaya, keberhasilan membuat telur berdiri membawa keberuntungan dan menolak bala.

Sejarah dan Tujuan Ritual

Dilansir dari spocjournal.com, sejarah sembahyang Twan Yang berakar pada kepercayaan bahwa jarak antara bumi dan matahari sangat dekat pada waktu tersebut, sehingga diyakini berpotensi mendatangkan bencana.

Untuk menangkalnya, leluhur sembahyang sebagai wujud permohonan perlindungan dan keseimbangan alam. 

Selain itu, tradisi ini mengandung pesan moral tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan menghargai sumber daya alam.

Pesan Harmoni antara Manusia dan Alam

Perayaan Pehcun tidak hanya sarat akan tradisi, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya hubungan harmonis antara manusia dan alam. Masyarakat diajak untuk merenungkan peran mereka dalam menjaga keseimbangan ekosistem. 

Tradisi seperti telur berdiri dan Sembahyang Twan Yang menjadi simbol bahwa keberadaan manusia tidak bisa dipisahkan dari semesta.

Melalui perayaan ini, nilai-nilai spiritual dan kesadaran lingkungan diharapkan dapat terus terjaga, membawa keberkahan bagi kehidupan manusia sekaligus melindungi alam sebagai rumah bersama. 

You Might Also Like

Mengenali Batik Nganjuk yang Terinspirasi Prasasti Anjuk Ladang

Jipeng, Kolaborasi Tanji dan Topeng dalam Orkes Betawi

Menelusuri Sejarah Purbakala di Museum Pleret Bantul

Celempung, Alat Musik Bambu Khas Sunda

Batik Betawi, Warna dan Motif Penuh Filosofi Identitas Jakarta

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Seni Khuntulan Yogyakarta, Pentas Ekspresi Syukur dan Ibadah
Next Article Behempas Bantal, Tradisi Adu Kekuatan dan Kesimbangan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?