By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Perjalanan Seni Wayang Topeng dari Masa Hindu ke Islam
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Perjalanan Seni Wayang Topeng dari Masa Hindu ke Islam
Warisan Budaya

Perjalanan Seni Wayang Topeng dari Masa Hindu ke Islam

Achmad Aristyan
Last updated: 28/01/2025 06:51
Achmad Aristyan
Share
Pementasan wayang topeng di halaman rumah warga Malang, Jawa Timur. Foto: Wikimedia Commons/ Anom Harya
SHARE

Wayang Topeng merupakan salah satu warisan seni budaya Indonesia yang sarat makna. Pertunjukan ini dimainkan para penari yang mengenakan topeng, yang sepenuhnya menutupi wajah mereka. 

Penampilannya diperkaya dengan iringan gamelan dan tarian, menciptakan suasana yang memukau. Dalam acara budaya atau pesta pernikahan, Wayang Topeng sering disuguhkan sebagai hiburan dengan durasi sekitar 20 hingga 30 menit.  

Perkembangan dan Makna Wayang Topeng  

Melansir dari sastra.um.ac.id, dalam budaya Jawa, Wayang Topeng telah mengalami berbagai perkembangan, baik sebagai bagian dari seni pertunjukan maupun ritual.

Pada awalnya, topeng dianggap simbol wajah leluhur yang telah tiada seperti kepala keluarga, marga, atau pemimpin suku. Keterkaitan ini mencerminkan penghormatan terhadap roh leluhur.

Tradisi unik seperti membawa topeng ke makam khusus (disebut Pundhen) untuk tujuan magis juga pernah dilakukan masyarakat setempat. Aktivitas ini dikenal sebagai stren.  

Tata Urutan Pertunjukan  

Pementasan Wayang Topeng memiliki struktur yang khas, dengan tahapan berikut:  

  1. Gending Giro: Diawali dengan tabuhan gending seperti Eleng-eleng, Krangean, Loro-loro, Gondel, hingga Sapujagad.  
  2. Tari Pembukaan: Menampilkan tari Beskalan Lanang (dengan topeng Bangtih).  
  3. Adegan Jejer Jawa: Mengisahkan kisah dari Kediri.  
  4. Parang Gagal: Diselingi dengan tari Bapang.  
  5. Adegan Gunungsari-Patrajaya.  
  6. Adegan Jejer Sabrang: Menampilkan tokoh Klana Sewandana.  
  7. Adegan Perang Brubuh dan Bubaran: Sebagai penutup pertunjukan. 

Baca juga: Rumah Topeng dan Wayang Setia Darma, Wisata Edukasi di Bali

Sejarah Wayang Topeng  

Dilansir dari malangan.com, Wayang Topeng berakar pada tradisi budaya dan religiusitas masyarakat Jawa sejak zaman Kerajaan Kanjuruhan pada abad ke-8 Masehi, di bawah Raja Gajayana.

Kala itu, topeng terbuat dari batu dan digunakan dalam upacara keagamaan. Pada masa Raja Erlangga, fungsi topeng bergeser menjadi bagian dari seni tari.

Penggunaan topeng mempermudah penari, karena saat itu sulit mendapatkan riasan wajah.  

Pengaruh sastra India yang dominan pada masa itu tercermin dalam cerita-cerita Wayang Topeng, seperti kisah Mahabharata dan Ramayana.

Wayang Topeng digunakan sebagai media komunikasi antara raja dan rakyatnya, serta untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual dan moral.  

Perubahan Cerita dalam Wayang Topeng  

Pada masa kekuasaan Kertanegara di Kerajaan Singasari, cerita Wayang Topeng bergeser ke kisah Panji yang menceritakan kepahlawanan dan kebesaran para kesatria Jawa, khususnya dari era Jenggala dan Kediri.

Pergeseran ini bertujuan memperkuat identitas kekuasaan Singasari.

Ketika Islam masuk ke Jawa, Wayang Topeng diadaptasi untuk menyampaikan nilai-nilai Islam. Para wali memanfaatkan seni ini untuk menampilkan kisah-kisah seperti Marmoyo Sunat dan cerita Menak, yang mengajarkan ajaran Islam. 

Dengan demikian, Wayang Topeng menjadi sarana akulturasi budaya antara tradisi Jawa dan ajaran Islam. Wayang Topeng tidak hanya menjadi seni pertunjukan, tetapi juga sarana edukasi dan penyampaian nilai-nilai luhur. 

You Might Also Like

Tradisi Serak Gulo Ditetapkan Menjadi Warisan Budaya Tak Benda

Memahami Filosofi di Balik Gerakan dan Kostum Tari Merak

Seni Ujungan, Bela Diri Pertaruhan Harga Diri Masyarakat Bekasi

Tari Jepen, Tarian Hiburan Khas Kutai dalam Pengobatan Raja

Purwaceng, Herbal dari Dieng untuk Vitalitas dan Kesehatan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Manis dan Legitnya Timphan, Kue Tradisional Khas Aceh
Next Article Lomba Sapi Sonok, Adu Kecantikan Sepasang Sapi Betina Madura
1 Comment 1 Comment
  • Kod polecajacy Binance says:
    23/04/2025 at 13:24

    Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks!

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?