Hengky Krisnawan dikenal sebagai kolektor pusaka Nusantara dan benda antik di Wonosobo, Jawa Tengah. Pria kelahiran 22 Juni 1970 ini menyimpan koleksinya di Kampung Sruni, Jaraksari,
Sejak remaja, Hengky mengaku telah memiliki ketertarikan mendalam terhadap benda-benda bersejarah, terutama senjata tradisional Nusantara.
Mengoleksi Ratusan Pusaka Nusanatara
Hengky berasal dari keluarga yang memiliki keterkaitan dengan budaya Jawa. Ibunya, yang berdarah Yogyakarta, pernah menjadi penari di lingkungan Keraton.
Hengky baru bertemu kembali dengan ibunya setelah 30 tahun berpisah. Ketertarikannya pada benda pusaka bermula sejak duduk di bangku SMP.
Saat itu, ia mulai mengoleksi berbagai senjata tradisional seperti keris dan golok.
“Awalnya saya hanya penasaran dengan keris yang dimiliki kakek saya. Dari situ, saya mulai mencari tahu lebih banyak tentang pusaka dan akhirnya jatuh cinta pada dunia ini,” ungkap Hengky.
Seiring waktu, koleksinya berkembang hingga mencapai sekira 500 pusaka.
Baca juga: Toni Susanto, Perajin Batu Akik yang Masih Eksis di Wonosobo
Perjalanan sebagai Kolektor dan Kegiatan Budaya
Hengky aktif dalam kegiatan seni dan budaya. Sejak kecil, ia gemar melukis dan mengukir kayu.
Bahkan, rumahnya sendiri penuh dengan ukiran hasil karyanya. Ukiran yang menjadi hiasan dirumahnya dibuat Hengky ketika istrinya jatuh sakit.
Pembuatan karya seni ukiran kayu itu dimaksudkan Hengky sebagai wujud rasa sedih yang dialaminya saat istrinya sakit. Selain itu, ia juga pernah terlibat dalam berbagai pertunjukan tari kolosal dan menjadi duta budaya dalam berbagai acara.
Dalam dunia koleksi pusaka, Hengky mulai dikenal ketika menggelar pameran pusaka bersama seniman dan budayawan Sabu Suryanto.
Pameran pertamanya berlangsung di Wonosobo tahun 2001-2002, menampilkan berbagai jenis keris, pedang, dan benda bersejarah lainnya.
“Pameran itu menjadi titik balik bagi saya, karena dari situ saya mulai mendapat banyak teman yang juga pecinta pusaka,” katanya.
Koleksi Pusaka Nusantara dan Keunikan Benda Antik
Saat ini, Hengky memiliki beragam koleksi, termasuk pusaka, perhiasan kuno, dan perlengkapan dari zaman kerajaan.
Salah satu koleksi uniknya adalah benda-benda yang pernah digunakan di lingkungan Keraton, seperti saku timan dan kain jinde, yang biasa dipakai raja-raja Mataram dalam upacara resmi.
Menurutnya, banyak benda berharga yang diperolehnya dengan harga murah karena pemilik sebelumnya tidak memahami nilai sejarahnya.
“Saya sering menemukan benda pusaka yang dijual dengan harga sangat murah karena orang-orang menganggapnya barang biasa. Padahal, jika ditelusuri lebih dalam, benda itu memiliki sejarah panjang dan nilai yang tinggi,” jelasnya.
Namun, ia tetap berpegang pada aturan hukum terkait kepemilikan benda bersejarah, terutama yang terbuat dari emas atau memiliki nilai arkeologis tinggi.
Dari banyak koleksi pusaka dan benda antik, keris dan tombak menjadi yang paling digemari oleh Hengky. Bahkan dirinya masih menyimpan Keris pertamanya yang berjenis Sempono Bungkem.
Dedikasi untuk Melestarikan Budaya
Bagi Hengky, benda pusaka bukan sekadar koleksi, tetapi juga warisan budaya yang harus dijaga.
“Saya ingin anak-anak muda lebih menghargai budaya sendiri. Jangan sampai kita kehilangan identitas hanya karena tidak peduli pada sejarah kita. Untuk generasi yang akan datang tolong sinergikan hidup kita ini dengan budaya yang ada. Jangan musnahkan budaya lokal. Dan kita tetap lestarikan budaya tanpa meninggalkan akhidah-akhidah agama” tuturnya.
Dedikasinya dalam melestarikan pusaka Nusantara dan seni ukir menunjukkan kecintaannya terhadap budaya Jawa, menjadikannya salah satu kolektor pusaka yang berpengaruh di daerahnya.
Melalui koleksi dan kegiatannya, Hengky Krisnawan terus berupaya menjaga dan mengenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada generasi mendatang.