By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengenal Tamuni, Tradisi Celup Bayi Suku Bajo ke Air Laut
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Mengenal Tamuni, Tradisi Celup Bayi Suku Bajo ke Air Laut
Tradisi

Mengenal Tamuni, Tradisi Celup Bayi Suku Bajo ke Air Laut

Anisa Kurniawati
Last updated: 07/02/2025 06:34
Anisa Kurniawati
Share
Ilustrasi anak-anak Suku Bajau sedang bermain dan berenang di laut. Foto: Shutterstock
SHARE

Masyarakat Suku Bajo memiliki tradisi unik yakni Tamuni, terkait pengasuhan keluarga. 

Tradisi ini adalah ritual pencelupan bayi yang baru lahir ke dalam air laut. Namun, sebelumnya, keluarga memastikan bahwa kondisi fisik dan psikisnya dalam keadaan baik.

Tradisi ini dilakukan sebagai bagian dari proses adaptasi anak terhadap lingkungan maritim serta untuk memastikan kesehatan dan kekuatan fisik mereka sejak dini.

Di Indonesia, mayoritas Suku Bajo bermukim di Kalimantan dan Sulawesi. Suku Bajo, sebagai komunitas yang menjalani kehidupan nomaden di atas laut, sering dijuluki sebagai “gipsi laut.”

Kehidupan mereka sangat erat kaitannya dengan laut. Mulai dari pola permukiman yang dibangun di atas air, hingga tradisi yang masih dipertahankan yaitu Tamuni.

Prosesi Tradisi Tamuni 

Pelaksanaan tradisi tamuni dimulai dengan mempersiapkan alat penerang yaitu suluh atau obor yang terbuat dari serabut kelapa, kulit kayu dan kemenyan.

Bahan lainnya 4 batang pinang muda, dan 4 helai daun sirih yang melambangkan penguasa laut. 

Bayi yang lahir di atas perahu akan langsung mengalami prosesi ini. Sementara yang lahir di daratan, pencelupan ke air laut biasanya dilakukan pada hari ketiga setelah kelahiran. Setelah itu, bayi akan dimandikan kembali pada hari ke-40.

Prosesi dilakukan dengan dukun dan keluarga bayi menuju ketepian laut.

Kemudian ibu dan bayinya duduk diatas tikar membasuh wajah dan seluruh tubuh dengan air laut. Dilanjutkan dengan mencelupkan bayi ke laut dan menghanyutkan ari-ari ke dasar laut.

Masyarakat Suku Bajo mempunyai kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara kembar bayi.

Setiap kelahiran anak pasti bersama kembarannya yang langsung hidup di laut. Sehingga ketika salah satu menderita sakit keras, mereka percaya semangatnya telah diambil.

Semangat itu diambil saudara kembarnya dan dibawa ke laut, sebagian lagi diambil dewa dan dibawa naik di langit ke tujuh. Maka dari itu, prosesi ini dilakukan untuk meminta kembali semangat hidup yang dibawa ke laut dan ke langit.  

Selain itu, menghanyutkan ari-ari bertujuan agar sang anak tumbuh sehat, dan kuat. Serta memiliki keberanian dalam menghadapi kehidupan di lingkungan maritim.

uku Bajo juga percaya bahwa ari-ari yang berada didasar laut, akan menolong bayi ketika ia besar dan saat berada dalam bahaya di tengah laut. 

Tradisi Tamuni dilakukan agar di usia dini, bayi menjadi kuat, tidak cengeng, tidak mudah sakit-sakitan dan mengenal identitas dirinya sebagai masyarakat maritim.

Tradisi Tamuni bukan sekadar ritual kesehatan, tetapi juga simbol identitas budaya. Melalui warisan ini, mereka terus menjaga hubungan erat dengan laut dan melestarikan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.

You Might Also Like

Nyadran Rejeban Plabengan: Lestarikan Warisan Budaya

Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia

Keunikan Tradisi Pemakaman di Desa Trunyan Pulau Dewata

Tradisi Jolenan, Simbol Kerukunan dan Syukuran Warga Purworejo

Upacara Bekakak, Tradis Yang Masih Lestari

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Masjid Istiqlal Siap Jadi Pusat Ekonomi Kreatif dan Budaya Jakarta
Next Article Pameran “Doa Kasih Rupa” Hiasi Galeri Seni Prabangkara
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?