By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Jejak Sejarah Laksamana Cheng Ho di Klenteng Sam Poo Kong
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Jejak Sejarah Laksamana Cheng Ho di Klenteng Sam Poo Kong
Warisan Budaya

Jejak Sejarah Laksamana Cheng Ho di Klenteng Sam Poo Kong

Anisa Kurniawati
Last updated: 23/02/2025 02:35
Anisa Kurniawati
Share
Klenteng Sam Poo Kong menjadi salah satu destinasi wisata religi dan budaya yang penting di Semarang. Foto. djkn.kemenkeu.go.id
SHARE

Klenteng Sam Poo Kong, atau yang sudah sejak lama dikenal juga sebagai Klenteng Gedung Batu, merupakan klenteng tertua di Semarang, Jawa Tengah.

Didirikan laksamana Cheng Ho, klenteng ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai situs penghormatan terhadap jasa Cheng Ho.

Bangunan ini mencerminkan perpaduan arsitektur Cina dan Jawa dari abad ke-14. Dengan dominasi warna merah serta atap pagoda berlapis tiga, klenteng ini menjadi simbol khas budaya Asia Timur.

Sejarah Berdirinya Klenteng

Pendiri pertama klenteng ini adalah Laksamana Cheng Ho. Dia adalah penjelajah Muslim dari Cina pada era Dinasti Ming. Saat singgah di Jawa, banyak anak buahnya yang memilih menetap dan berbaur dengan masyarakat setempat. 

Akibatnya, wilayah Simongan menjadi pemukiman keturunan Tionghoa. Tahun 1704, gua dan kuil asli runtuh akibat tanah longsor. Dua dekade kemudian, masyarakat membangun kembali klenteng ini di lokasi lebih aman dan dekat pusat kota. 

Laksamana Cheng Ho, atau Zheng He, merupakan seorang pelaut ternama pada masa pemerintahan Kaisar Yung Lo. Ia dikenal sebagai Muslim yang membawa misi diplomatik dan perdagangan. 

Terdapat perbedaan pendapat mengenai identitas Sam Po Kong dan Cheng Ho.

Beberapa sumber menyebutkan mereka sebagai individu berbeda. Namun, catatan sejarah yang lebih kuat mengindikasikan bahwa Zheng He dan Sam Po Kong adalah orang yang sama.

Zheng He memperoleh gelar “Sam Po” dari Kaisar Yung Lo atas jasa-jasanya.

Pada awal abad ke-15, garis pantai Semarang masih berada di kaki perbukitan Simongan. Pelabuhan Semarang menjadi tempat persinggahan kapal dagang dari berbagai bangsa.

Seiring waktu, wilayah Simongan berkembang menjadi pemukiman Tionghoa pertama di Semarang.

Pada tahun 1742, terjadi pemberontakan. Hal ini menyebabkan sebagian besar komunitas Tionghoa di kawasan Gedung Batu dipindahkan ke Pecinan. Tempat ini kemudian dikenal sebagai Gang Baru. 

Struktur dan Fungsi Bangunan Klenteng Sam Poo Kong

Bangunan utama klenteng berupa gua batu. Tempat ini diyakini sebagai tempat persinggahan Zheng He. Di dalamnya terdapat patung yang dipercaya sebagai representasi dari Sam Po Tay Djien.

Untuk menghormati Zheng He, masyarakat mendirikan altar dan patung tambahan. Selain sebagai tempat ibadah, klenteng ini juga menjadi lokasi pemujaan dan ziarah bagi para peziarah.

Beberapa tempat pemujaan yang terdapat di dalam kompleks ini. Diantaranya, Klenteng Thao Tee Kong, yang merupakan tempat pemujaan terhadap Dewa Bumi.

Tempat pemujaan lainnya yaitu Kyai Juru Mudi, merupakan makam dari juru mudi kapal yang mengantar Laksamana Zheng He. Tempat Pemujaan Sam Po Kong, Kyai Jangkar, Nabi Khong Tju,  Kyai Cundrik Bumi, dan banyak lainnya. 

Dari perjalanan yang penuh keberanian dan nilai sejarah yang kaya, KlentengSam Poo Kong ini menjadi salah satu destinasi wisata religi dan budaya yang penting di Semarang. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mengenal Keunikan Rumah Gadang, Rumah Pusaka Minangkabau

Rujak Soto, Kuliner Nyentrik Khas Banyuwangi

Tari Kretek, Tarian Representasi Buruh Rokok di Kudus

Kisah Dibalik Corak Keindahan Batik Lasem

Prol Tape Jember, Perpaduan Asam Manis dalam Satu Gigitan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Destinasi Seni Modern dan Kontemporer di Museum MACAN
Next Article Jejak Karya Popo Iskandar, “Pelukis Kucing” yang Melegenda
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?