By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Legomoro, Jajanan Khas Kotagede Yogyakarta yang Bikin Hati Lega
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Legomoro, Jajanan Khas Kotagede Yogyakarta yang Bikin Hati Lega
Warisan Budaya

Legomoro, Jajanan Khas Kotagede Yogyakarta yang Bikin Hati Lega

Achmad Aristyan
Last updated: 06/05/2025 01:47
Achmad Aristyan
Share
Legomoro khas Kotagede, Yogyakarta. Foto: budaya-indonesia.org
SHARE

Kotagede, kawasan bersejarah di Yogyakarta yang dikenal sebagai bekas pusat Kerajaan Mataram Islam, bukan hanya menyimpan kekayaan arsitektur dan budaya, tetapi juga warisan kuliner tradisional.

Salah satu sajian khas dari wilayah ini adalah legomoro, jajanan pasar berbahan dasar ketan yang sekilas mirip dengan lemper, namun menyimpan perbedaan dalam tampilan dan filosofi.

Dari segi bahan, legomoro dan lemper sama-sama dibuat dari ketan yang diberi isian suwiran daging ayam berbumbu.

Namun yang membedakan adalah cara membungkusnya.

Jika lemper dibalut daun pisang secara memanjang dan ujungnya dikunci dengan lidi, maka legomoro dibungkus lebih padat dan diikat dengan tali bambu kecil bernama tutus.

Baca Juga: Reas, Mengukir Identitas Lokal Lewat Seni Grafiti di Yogyakarta

Biasanya, dua hingga tiga tutus melingkar erat di badan legomoro, menciptakan tampilan khas yang langsung membedakannya dari penganan ketan lainnya.

Secara etimologis, nama legomoro berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu lego (lega) dan mara (datang).

Gabungan dua kata ini dimaknai sebagai kedatangan yang membawa kelegaan atau tamu yang datang dengan hati yang lapang.

Filosofi ini sangat terasa dalam tradisi masyarakat Kotagede, di mana legomoro dulunya tidak dijual bebas dan hanya disajikan pada momen-momen istimewa seperti pernikahan atau hajatan keluarga.

Dalam acara pernikahan, legomoro sering menjadi bagian dari seserahan dari mempelai pria kepada pihak wanita.

Hadiah ini tidak sekadar simbol makanan, tetapi juga bentuk ungkapan ketulusan dan keikhlasan hati dari keluarga yang datang.

Di saat yang sama, tuan rumah yang menyuguhkan legomoro kepada tamu bermaksud menyampaikan rasa syukur dan kebahagiaan atas acara yang diselenggarakan.

Tak hanya hadir di pelaminan, legomoro juga menjadi suguhan khas saat Lebaran.

Di tengah suasana silaturahmi dan saling memaafkan, legomoro menjadi simbol harapan agar setiap tamu yang datang membawa dan menerima kelegaan hati setelah sungkeman.

Tradisi ini mengakar kuat dalam budaya masyarakat Jawa, di mana makanan tidak hanya soal rasa, tetapi juga sarana menyampaikan pesan-pesan batiniah.

Baca Juga: Mengenang Hamzah Sulaiman Pendiri The House of Raminten di Yogyakarta

Seiring waktu, legomoro kini tak lagi eksklusif hanya untuk acara khusus. Ia sudah banyak dijumpai di pasar tradisional, terutama di Pasar Kotagede.

Masyarakat dapat menikmati jajanan ini kapan saja. Rasanya gurih dan mengenyangkan, sangat cocok dijadikan teman minum teh atau kudapan sore hari.

Meski kini lebih mudah ditemukan, legomoro tetap mempertahankan nilai-nilai simboliknya, menjadikannya bukan sekadar makanan, tetapi bagian dari perjalanan sejarah dan budaya Kotagede.

You Might Also Like

Goyang Karawang, Lahir dari Lingkungan Masyarakat Agraris 

Kuah Beulangong, Hidangan Tradisional Aceh Kaya Makna

Mendengarkan Tahuri, Alat Musik Terbuat dari Cangkang Kerang

Sejarah Dibalik Kelezatan Bola Daging Bakso Malang

Behempas Bantal, Tradisi Adu Kekuatan dan Kesimbangan

TAGGED:kotagedeKuliner TradisionalLegomoromataram islamYogyakarta

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Pemerintah Gelontorkan Rp 465 Miliar Lewat Dana Indonesiana untuk Seniman
Next Article Dana Indonesiana, Fadli Zon Janjikan Rp 2,5 Miliar untuk Sineas
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?