Di balik lebatnya hutan bambu tropis Indonesia, tersimpan potensi alam bernilai tinggi yang mulai mencuri perhatian dunia bernama “tabasheer”.
Dikenal pula sebagai bigar bambu atau ekstrak ruas bambu, endapan silika alami ini kini menjadi komoditas ekspor incaran global, terutama di tengah lonjakan permintaan terhadap produk herbal dan suplemen kesehatan.
Melansir dari cnbcindonesia.com, meski belum sepopuler gaharu atau cendana, tabasheer asal Indonesia justru mencatatkan pertumbuhan ekspor paling konsisten dalam lima tahun terakhir.
Berdasarkan data perdagangan, nilai ekspor bahan ini terus meningkat seiring meningkatnya permintaan dari berbagai negara.
India tercatat sebagai pembeli terbesar tabasheer Indonesia dengan permintaan mencapai US\$ 10,67 juta, diikuti Amerika Serikat sebesar US\$ 5,18 juta.
Negara lain seperti China, Republik Ceko, dan Jepang juga aktif menyerap pasokan bahan herbal langka ini.
Baca Juga: Tanaman Kamper Al-Qur’an, Jejak Perdagangan Arab di Bumi Nusantara
Secara ilmiah, tabasheer terbentuk ketika tanaman bambu mengalami stres atau penuaan, menghasilkan endapan kristal silika berwarna putih hingga kebiruan dengan kandungan mineral yang tinggi.
Zat ini telah lama dimanfaatkan dalam berbagai praktik pengobatan tradisional lintas kawasan, mulai dari Ayurveda di India hingga pengobatan tradisional Tiongkok dan ramuan herbal Timur Tengah maupun Asia Tenggara.
Di bidang kesehatan, tabasheer dikenal sebagai agen alami yang memberikan efek mendinginkan tubuh, membantu meredakan peradangan, serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Seiring perkembangan farmasi modern, bahan ini juga telah dimanfaatkan dalam formulasi suplemen anti-penuaan dan produk kecantikan berbahan dasar alami.

Indonesia memiliki keunggulan tersendiri dalam produksi tabasheer berkat spesies bambu tropis yang mengandung silika dalam kadar lebih tinggi dibandingkan negara lain.
Selain faktor alam, teknologi ekstraksi dan pemurnian yang semakin canggih turut memperkuat daya saing tabasheer Indonesia di pasar internasional.
Khusus di India, tingginya permintaan didorong kebutuhan dalam formulasi pengobatan Ayurveda yang telah menjadi bagian dari budaya setempat.
Sementara di Amerika Serikat dan Jepang, peningkatan permintaan dipacu riset dan pengembangan produk natural remedies serta kosmetik berbahan herbal yang tengah berkembang pesat.
Baca Juga: Brasil Temukan CBD dalam Gulma Liar, Harapan Baru Dunia Medis
Dengan tren global yang bergerak menuju gaya hidup sehat dan produk berbasis alam, posisi tabasheer Indonesia diproyeksikan akan semakin strategis dalam pasar ekspor herbal dunia.
Meskipun potensi komoditas ini belum sepenuhnya tergarap, peluangnya terbuka luas, terutama bagi pelaku industri bambu, usaha kecil menengah, dan eksportir lokal.
Jika dikelola secara serius dan berkelanjutan, tabasheer berpotensi menjadi ikon baru dalam peta ekspor bahan alami Indonesia, sejajar dengan gaharu dan rempah-rempah sebagai komoditas kebanggaan nasional di mata dunia.