Tradisi tahunan Mragat Kerbau di Desa Tanggungharjo, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, kembali digelar dengan meriah pada Selasa (13/5/2025) malam.
Meski hujan deras sempat mengguyur lokasi acara, antusiasme warga tak surut mengikuti rangkaian tradisi yang telah menjadi bagian dari identitas desa itu.
Tradisi Mragat Kerbau merupakan bentuk merti desa atau sedekah bumi yang digelar sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan hasil bumi dan keselamatan desa.
Penjabat Sekretaris Desa Tanggungharjo, Muhammad Suwirzan, menjelaskan bahwa kegiatan diawali dengan kirab budaya yang menjadi bagian penting dari tradisi itu.
“Acara diawali dengan kirab budaya Mragat Kerbau. Seekor kerbau dan sejumlah gunungan hasil bumi diarak warga dari Sendang Joko Towo menuju Bale Panjang,” ujarnya dikutip dari berita.murianews.com.
Baca Juga: KPM Pentaskan Tari Tradisional Indonesia di Festival Indisch Den Haag 2025
Kirab berlangsung dengan rute sejauh satu kilometer dan melibatkan partisipasi luas masyarakat. Warga membawa berbagai gunungan berisi sayur-mayur, buah-buahan, hingga palawija yang disusun menyerupai gunung.
Suwirzan menambahkan bahwa kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah desa melalui anggaran pendapatan asli desa (PAD).
“Kegiatan ini didukung pemdes dengan PAD. Ini juga sekaligus mendukung program pusat melestarikan kearifan lokal desa. Sempat diguyur hujan deras, tapi warga tetap antusias,” katanya.
Menurutnya, tradisi ini telah dilestarikan sejak lama, seiring dengan berdirinya Desa Tanggungharjo yang secara administratif tercatat berdiri pada 25 Mei 1941.
“Tradisi ini dilakukan dengan cara memelihara dan menyembelih kerbau, yang kemudian dimasak dan dinikmati bersama masyarakat sebagai bentuk rasa syukur,” imbuhnya.
Ia menekankan bahwa Mragat Kerbau bukan hanya sekadar tradisi budaya, tetapi juga sarana mempererat hubungan sosial warga desa.
“Kita ingin tradisi ini menjadi bagian dari identitas desa dan juga sebagai sarana pelestarian budaya lokal,” tegasnya.
Momen yang paling ditunggu-tunggu warga adalah saat rebutan gunungan hasil bumi.
Dalam tradisi ini, warga berebut berbagai hasil pertanian yang dipercaya membawa berkah bagi siapa pun yang mendapatkannya.
“Acara ini juga diupayakan tetap selaras dengan nilai-nilai agama. Masyarakat percaya bahwa hasil bumi yang mereka dapatkan membawa berkah,” jelas Suwirzan.
Baca Juga: Tradisi Seba, Warga Baduy Minta Pemprov Lindungi Hutan dan Budaya Adat
Adapun puncak acara dilakukan pada keesokan harinya, Rabu (14/5/2025), yakni penyembelihan kerbau yang sebelumnya diarak.
Daging kerbau kemudian dimasak secara gotong royong dan dibagikan untuk dinikmati bersama warga.
“Itu menjadi puncak acara Mragat Kerbau, juga sekaligus bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi,” tandas Suwirzan.
Tradisi Mragat Kerbau terus dijaga sebagai warisan budaya yang sarat makna spiritual dan sosial.
Masyarakat Tanggungharjo berharap kegiatan ini akan terus dilestarikan untuk generasi-generasi berikutnya.