Musisi Abdul Wahyu Afandi alias Doel Sumbang tidak menyangka, terkejut sekaligus heran, setelah lagunya berjudul Ai yang populer 31 tahun lalu, Kembali menjadi hits lagi. Video lagu pop sunda yang dirilis tahun 1993 itu telah menggucang media sosial, terutama TikTok.
Lagu yang menggambarkan perasaan pria bernama Asep yang begitu tergila-gila dengan perempuan Bernama Ai itu, disukai kalangan anak-anak muda atau gen Z. Ai pun viral. Tak hanya AI, lagu ciptaan Doel Sumbang lainnya berjudul Runtah (Dirilis tahun 2007) juga viral setelah dicover penyanyi Azmy Z dan Difarina Indra Adella dua tahun lalu, tepatnya tahun 2022.
“Dalam 43 tahun karir saya, baru ngalamin sekarang di tahun 2024. Dalam 2 minggu menerima 103 undangan pertunjukan. Gak ada yang dijalanin, jadwalnya bentrok semua. Tapi animonya sebegitu gede. Bukan jumlah undangannya yang banyak saja, yang ngundang itu perpisahan SMP dan acara-acara SMA,” ujar Doel Sumbang dalam podcast Youtube gitaris Dewa Budjana, beberapa waktu lalu.
Dibalik populernya lagu-lagu dari katalog lama Doel Sumbang seperti Teteh, Ai Dan Runtah, bisa jadi tidak banyak anak muda generasi saat ini yang mengenal jauh sosok musisi asal Bandung ini. Padahal, karir Doel Sumbang di industri musik Indonesia sudah merentang panjang sejak tahun 80an. Saat mencapai popularitas tertingginya, Doel Sumbang bahkan dijuluki The King of Pop Sunda.
Lahir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 16 Mei 1963, seniman sunda ini pernah belajar di SMPN 13 Bandung, lalu SMA Negeri 5 Bandung. Selain bermusik, musisi serba bisa ini juga sempat terjun ke dunia teater. Teater Braga dan Dapur Teater pimpinan aktor Remy Silado menjadi ruang ekpresinya. Saat bermain teater inilah, nama Doel mulai disematkan ke namanya, dibanding Wahyu Affandi.
Usai lulus SMA, Doel Sumbang merantau ke Jakarta demi mengejar karirnya musiknya. Di Tahun 1981, Doel bergabung dengan grup musik Gombloh. Namun, di sana ia hanya bertahan dua tahun.
Keputusannya untuk bersolo karir dan Kembali ke Bandung telah membawanya ke jalan kesuksesan usai Lagu Rindu (1984) yang diciptakannya hits, meski baru di wilayah Jawa Barat saja.
Di era tahun 1980an, Doel Sumbang sangat produktif merilis puluhan album dengan lirik nyeleneh, jenaka dan vulgar yang menjadi ciri khasnya. Tengok saja judul album yang dirilisnya seperti Musik Spontan Humor (1981), Aku, Tikus, Dan Kucing (1982), Gembrot (1982), Aku, Masitoh dan Ronda (1983), Aku dan Amin Idi (1983), Aku dan Anuku (1985), Kamu Ibarat Wereng Cokelat (1987).
Di awal karirnya, lerusahaan rekaman dengan sepihak menambahkan kata Sumbang di belakang namanya. Doel baru tahu hal itu setelah albumnya dirilis. Dia pun tidak terima, karena merasa tidak sesuai, dia tidak ingin namanya dibandingkan dengan Iwan Fals yang saat itu sedang populer.
Salah seorang pimpinan di perusahaan rekaman Doel Sumbang saat itu menjelaskan, nama Sumbang terinspirasi dari lagu-lagunya yang punya lirik nyeleneh, vulgar, dan tengil dan bukan saingan Iwan Fals. Doel pun akhirnya menerima nama itu dan menggunakannya sebagai nama panggung (hingga saat ini).
Kiblat musik Doel Sumbang kemudian berubah di tahun era 1990an dengan menciptakan lagu pop sunda, di saat musik Indonesia dipenuhi musik bising rock dan metal. Duetnya bersama penyanyi Hana Marlina di lagu Somse (1992) dan bersama penyanyi Nini Carlina- Aku Cinta Kamu (1993) dan lagu paling booming Kalau Bulan Bisa Ngomong (1999 – duet Bersama Nini Carlina), dan sejumlah lagu beken lainnya telah mendorong publik musik menyebut Doel Sumbang sebagai Raja Pop Sunda.
Dalam karir musiknya, teruama industri musik pop sunda, musisi legend ini sempat meraih sejumlah penghargaan bergengsi di Indonesia seperti Anugerah Musik Indonesia (AMI) dan BASF Award.
Katalog musik Doel Sumbang terus bertambah banyak, setidaknya hingga tahun 2016, saat musik digital mengakibatkan peredaran rilisan fisik tenggelam. Setelah itu, seniman legend Jawa Barat ini masih menciptakan lagu-lagu single dan menyebarkannya ke media sosial seperti Youtube. (Foto: IG Doel Sumbang Official)