By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Ki Nartosabdo, Dalang Wayang Kulit Terbaik Indonesia
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Ki Nartosabdo, Dalang Wayang Kulit Terbaik Indonesia
Profil

Ki Nartosabdo, Dalang Wayang Kulit Terbaik Indonesia

Ridwan
Last updated: 17/12/2024 00:40
Ridwan
Share
5 Min Read
Foto: wikimedia commons
SHARE

Ki Nartosabdo dikenal karena karya-karyanya yang inovatif dan menghibur yang mewarnai sejarah budaya Jawa. Salah seorang muridnya, Ki Manteb Soedharsono, mengakui bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang wayang kulit terbaik yang pernah dimiliki dan belum tergantikan di Indonesia. 

Lahir dengan nama asli Soenarto, di Wedi, Klaten, Jawa Tengah, 25 Agustus 1925, dayang wayang kulit ini merupakan bungsu dari delapan bersaudara. Ayahnya, Partiyono, bekerja sebagai mranggi atau pembuat rangka keris, sementara sang ibu, Madiah adalah seorang pengrawit. 

Meski kedua orang tuanya bekerja, ia melewati masa kecil dengan keadaan yang serba kekurangan. Karena kesulitan ekonomi, ia hanya bisa mengenyam pendidikan formal sampai kelas 5 SD di Standard School Muhammadiyah. 

Namun meski putus sekolah, bakat seninya terus tumbuh. Saat masih berusia 11 tahun, ia sudah mampu memainkan rebab, gendang, dan gender. Ia juga pernah menjadi pelukis, pemain biola, pembuat seruling hingga pengantar susu. 

Dalang Otodidak

Beranjak remaja, pada tahun 1940, ia bergabung dengan grup ketoprak Budi Langen Wanodya selama 2 tahun. Bakat seninya kian berkembang ketika ia melanjutkan sekolah di Lembaga Pendidikan Katolik yang kemudian dilanjutkan ke Akademi Seni Karawitan Indonesia, Solo. 

Pada 1945, ia sempat menjadi pemain gendang pada grup Sri Wandawa. Setelah itu ia berkenalan dengan Ki Sastrosabdo, pendiri grup Wayang Orang Ngesti Pandowo. Di bawah bimbingan Ki Sastrosabdo, ia belajar mendalang. 

Hubungan guru dan murid itu ibarat bapak dan anak. Bahkan karena jasa-jasanya membuat banyak kreasi baru bagi grup tersebut, ia memperoleh gelar tambahan Sabdo di belakang nama aslinya pada tahun 1948. Sejak saat itu, namanya berubah menjadi Narto Sabdo. 

Soal ilmu mendalang, Ki Nartosabdo lebih banyak belajar secara otodidak dan memilih teknik terbaik dari beberapa dalang terkemuka. Tawaran untuk mendalang sendiri datang pertama kalinya dari Kepala Studio RRI saat itu, Sukiman. 

Bertempat di Gedung PTIK, Jakarta, pada 28 April 1958, Ki Nartosabdo memulai debutnya sebagai dalang. Ketika itu ia membawakan lakon Kresna Duta dengan gabrak Yogyakarta atau Banyumasan. Penampilan perdananya ketika itu langsung mengangkat namanya. 

Sejak saat itu, tawaran tampil mendalang terus berdatangan dari Solo, Yogyakarta, Surabaya, dan kota-kota lain. Lahir pula cerita-cerita gubahannya, seperti Dasa Griwa, Mustakaweni, Ismaya Maneges, Gatutkaca Sungging, Gatutkaca Wisuda, Arjuna Cinoba, Kresna Apus, dan Begawan Sendang Garba. 

Pada tahun 50-70an, Ki Nartosabdo kemudian merajai panggung wayang orang. Pertunjukannya, hampir selalu dibanjiri penonton. Karena selain menghibur, Ki Nartosabdo selalu memberikan nasihat, filosofi, dan perjalanan hidup. 

Dikritik Karena Inovasinya

Ki Nartosabdo juga mendapat banyak kritik lantaran ia lebih banyak mementaskan cerita-cerita carangan, hasil apresiasi mendalam dari suatu cerita baku, atau gubahan baru yang bersumber dari pakem (cerita induk).

Ia juga dianggap terlalu menyimpang dari aturan yang sudah baku. Misalkan dengan menampilkan humor sebagai selingan dalam adegan keraton yang biasanya kaku dan formal. Kritikan itu tidak membuatnya gentar, justru kian giat berkarya. 

Selain piawai mendalang, Ki Nartosabdo juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa yang sangat produktif. Pada tahun 1976, ia menggelar konser karawitan di Gedung Mitra Surabaya, 1976, yang menampilkan 14 komposisi ciptaannya. 

Disamping karyanya yang bertema ringan dan menghibur, Ki Nartosabdo juga pernah menciptakan karya “berat”, misalnya Sekar Ngenguwung. Dia banyak memasukkan gending dalam setiap lakonnya. Hal ini membuat banyak dalang senior yang memojokkannya. Bahkan ada RRI di salah satu kota yang memboikot hasil karyanya. 

Namun banyak juga yang mendukungnya seperti dalang muda yang menginginkan perubahan. Berkat inovasi yang diluncurkannya, Ki Nartosabdo kemudian dianggap sebagai pembaharu dunia pedalangan di tahun 80-an.

Melalui grup karawitan bernama Condong Raos yang ia dirikan, lahir sekitar 319 buah judul lagu (lelagon) atau gending. Karya-karya gendingnya memiliki karakter khas Ki Nartosabdo yang kemudian mendapat istilah Gending-gending Nartosabdhan. 

Ki Nartosabdo wafat pada 7 Oktober 1985 dalam usia 60 tahun. Jasadnya disemayamkan di Gedung Ngesti Pandowo, yang berlokasi di Jalan Pemuda 116, Semarang, untuk selanjutnya dikebumikan di TPU Bergota. Beberapa saat sebelum kepergiannya, ia menciptakan sebuah gending yang ia beri judul Lelayu (kematian). (Anisa Kurniawati-Sumber: tokoh.id)

You Might Also Like

Laila Sari, Seniman Penghibur Tiga Generasi

Biografi Suyoso Karsono, Sejarah Dokumentasi Musik Indonesia

Raden Tjetje Somantri, Pelopor Modernisasi Tari Sunda

Olahan Bunga Telang Sebagai Inovasi KWT Giling Wesi Makmur Sawangan

Mengenang Kisah Perjalanan Hidup Kasino Warkop DKI

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Rumah Si Pitung, Destinasi Wisata Tokoh Legendaris Betawi
Next Article Rebana Biang, Seni Warisan Budaya Betawi yang Memukau
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?