Kelompok Wanita Tani (KWT) Giling Wesi Makmur dari Desa Sawangan, Kabupaten Wonosobo, semakin dikenal berkat kreativitas mereka dalam mengolah bunga telang.
Tiga anggotanya, Mirasa (50), Sulasih (49), dan Marsilah (61), telah mengembangkan berbagai produk berbasis bunga telang yang tidak hanya memiliki nilai kesehatan, tetapi juga menarik minat pasar hingga ke luar negeri.
Bunga Telang sebagai Ikon Desa Sawangan
Menurut Mirasa, ide mengembangkan produk berbasis bunga telang berawal pada tahun 2022 dari inisiatif kepala desa yang ingin menjadikannya sebagai ikon desa.
“Pertama-tama, kami punya kelompok tani wanita, namanya KWT Giling Wesi Makmur, Desa Sawangan. Nah, Bu Kades itu punya ide untuk menjadikan bunga telang sebagai ikon Desa Sawangan,” ungkapnya.
Baca Juga: Purwaceng, Herbal dari Dieng untuk Vitalitas dan Kesehatan
Dari situlah, Mirasa mulai bereksperimen dengan bunga telang dan menemukan berbagai manfaatnya, baik untuk kesehatan maupun sebagai bahan pewarna alami makanan.
“Ternyata banyak manfaatnya, banyak kasihatnya, terus juga orang-orang itu suka dengan minuman bunga telang,” tambahnya.
Bunga telang diketahui memiliki beragam khasiat, antara lain membantu menjaga kesehatan mata, memperbaiki kondisi kulit, serta mendukung fungsi hati.
Selain itu, bunga ini juga bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi), mengontrol kadar gula darah, serta membantu menurunkan kolesterol.
Tidak hanya itu, bunga telang juga dapat menyegarkan tubuh setelah beraktivitas, sehingga cocok dikonsumsi dalam bentuk teh atau minuman herbal.

Beragam Produk Olahan Bunga Telang
Mirasa telah mengembangkan berbagai produk berbasis bunga telang, mulai dari teh hingga minuman fermentasi.
Baca Juga: Aksi Nyata Konservasi di Raung-Ijen Demi Kelangsungan Macan Tutul Jawa
“Saya membuat teh. Terus bikin yang minuman fermentasi dengan jamur scubi itu. Itu yang paling laris,” jelasnya.
Menurutnya, minuman fermentasi berbasis bunga telang memiliki potensi untuk membantu mengurangi kebiasaan konsumsi alkohol di kalangan anak muda.
“Kalau menurut saya untuk minuman fermentasi ini kan, untuk mengurangi anak-anak muda itu yang suka minum-minum alkohol gitu, menurut saya.”
Harga produk yang dijual pun beragam.
Teh kering dibanderol antara Rp25.000 hingga Rp30.000, sementara minuman bunga telang biasa dijual Rp10.000 per botol, dan yang difermentasi seharga Rp20.000.
Proses Pembuatan Teh dan Minuman Bunga Telang
Untuk menghasilkan teh bunga telang berkualitas, Mirasa tidak mengandalkan sinar matahari dalam proses pengeringannya.
“Kalau teh yang kering, itu saya kan pengeringannya kan tidak dengan sinar matahari. Khusus alat untuk mengeringkan rempah-rempah. Itu selama 24 jam dengan suhu 75 derajat,” ujarnya.
Setelah kering, teh langsung dikemas dalam berbagai varian, seperti teh original atau campuran dengan jeruk.
Sementara itu, pembuatan minuman bunga telang dimulai dengan merebus bunga segar bersama serai yang telah dimemarkan.
Jika ingin rasa lebih segar, bisa ditambahkan gula atau perasan jeruk nipis.
Baca Juga: Peci Sobo Al-Masykur, Inovasi Peci Tahan Air dari Wonosobo
Kriuknya Kripik Bunga Telang
Selain minuman dan teh, bunga telang juga diolah menjadi camilan yang lezat, seperti kripik.
Sulasih menjelaskan bahwa proses pembuatannya dimulai dengan mencuci bunga telang, lalu meniriskannya sebelum dicampur dengan adonan tepung beras, tepung tapioka, serta bumbu seperti bawang putih dan ketumbar.
Adonan kemudian digoreng dalam minyak panas hingga berwarna kecoklatan.
“Proses penggorengannya kira-kira antara 5-7 menit hingga kripik matang dan menjadi renyah,” ungkapnya.
Kripik bunga telang ini dijual dengan harga Rp15.000 per bungkus 200 gram dan memiliki rasa yang gurih serta renyah.
Menurut Sulasih, selain bermanfaat bagi kesehatan, teksturnya yang kriuk membuat banyak orang ketagihan.
Nasi Goreng Babat Telang yang Jadi Juara
Tak hanya minuman dan camilan, bunga telang juga dimanfaatkan sebagai pewarna alami dalam kuliner khas seperti nasi goreng.
Marsilah berbagi cara pembuatannya, yakni dengan merebus bunga telang hingga airnya berwarna biru, kemudian digunakan untuk menanak nasi sebelum diolah menjadi nasi goreng dengan bumbu bawang merah, bawang putih, kemiri, serta tambahan wortel dan jagung.
Baca Juga: Kang Dwi, Seniman dari Giyanti yang Berjuang Menghidupi Kesenian Wonosobo
“Nasi goreng babat telang” buatan Marsilah bersama KWT bahkan berhasil meraih juara pertama dalam sebuah lomba memasak yang diselenggarakan oleh produk mi instan.
“Nasi goreng babat telang ini meraih juara 1 dan mendapat hadiah Rp750.000,” katanya.

Pemasaran Hingga ke Eropa
Produk berbasis bunga telang khususnya teh yang diproduksi Mirasa kini telah menjangkau pasar luar daerah hingga luar negeri.
“Alhamdulillah, Kalimantan sudah, Jakarta, terus alhamdulillah saya sudah ke Eropa produknya. Ke Belanda juga,” kata Mirasa.
Untuk pemasaran, Mirasa memanfaatkan berbagai platform, termasuk Blibli, TikTok, dan Shopee dengan nama “Herbal Mirasa”.
Meskipun sudah merambah pasar luas, Mirasa mengakui bahwa masih ada tantangan, terutama dalam memperkenalkan manfaat bunga telang ke masyarakat yang belum terbiasa mengonsumsinya.
“Kendalanya itu pemasaran yang kurang terjangkau. Orang-orang kan belum tahu kalau bunga telang itu banyak manfaatnya. Karena belum mencoba. Kalau setelah mencoba dan merasakan, baru dia ketagihan terus bisa langganan,” jelasnya.
Harapan ke Depan
Sebagai pionir dalam pengolahan bunga telang di Desa Sawangan, Mirasa berharap produk-produk ini semakin dikenal dan diterima luas oleh masyarakat, terutama di Wonosobo.
Baca Juga: Desa Buntu Kejajar Resmi Jadi Contoh Desa Damai Berkelanjutan
“Harapannya ke depan, ya produk-produk saya yang dari bunga telang ya, terutama itu semakin dikenal ke masyarakat, terutama masyarakat Wonosobo, biar hidupnya tuh sehat, tanpa kimia, tanpa obat. Hanya itu,” pungkasnya.
Dengan inovasi yang terus berkembang, KWT Giling Wesi Makmur telah membuktikan bahwa bunga telang bukan sekadar tanaman hias, melainkan bahan pangan bernilai tinggi yang dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat desa.