Gordang, alat musik dari Sumatra Utara. Terdiri dari sekelompok alat musik gendang yang khas, gordang dianggap sakral. Alat musik ini dulunya dipercaya dapat memanggil roh nenek moyang untuk dimintai pertolongan.
Masyarakat Batak Toba, salah satu suku di Sumatra Utara, tak bisa dilepaskan dari musik. Dalam kegiatan adat maupun ritual keagamaan, musik selalu dilibatkan. Salah satu alat musik yang sering digunakan suku Mandailing adalah Gordang Sambilan.
Gordang sendiri memiliki arti gendang atau bedug, sedangkan sambilan artinya Sembilan. Jadi, Gordang Sambilan merupakan gendang atau bedug yang mempunyai panjang dan diameter yang berbeda sehingga menghasilkan nada yang berbeda pula.
Peru Ijin Raja
Dilansir dari laman, kebudayaan.kemdikbud.go.id, sebelum Agama Islam masuk ke Sumatera Utara, masyarakat Mandailing menggunakan gordang sambilan dalam upacara Paturuan sibaso. Upacara ini adalah ritual untuk memanggil roh nenek moyang.
Tujuannya untuk meminta pertolongan jika nantinya terjadi kesulitan yang menimpa masyarakat Mandailing, seperti wabah penyakit menular dan lainnya. Gordang sambilan juga biasa digunakan dalam upacara mangido udan atau meminta hujan atau memberhentikan hujan.
Seiring perkembangannya, alat musik ini juga digunakan dalam upacara pernikahan dan kematian. Bila untuk kepentingan pribadi, harus meminta ijin terlebih dahulu ke Namora Natoras dan Raja.
Baca juga: Memahami Filosofi Habonaron Do Bona Di Simalungun
Syarat lainnya yaitu juga harus disembelihkan paling sedikit satu ekor kerbau jantan dewasa yang sehat. Disamping itu jika digunakan untuk upacara kematian, hanya boleh menggunakan dua instrumen besar yang disebut jangat atau bombat.
Gordang Sambilan sendiri terdiri dari sembilan buah gendang dengan ukuran yang berbeda. Kesembilan gendang tersebut diurutkan dari mulai yang terbesar hingga terkecil. Setiap ensambel tersebut memiliki nama tersendiri. Sedangkan cara mainnya dipukul dengan menggunakan kayu
Instrumen musik tradisional ini dilengkapi dengan sebuah ogung boru boru (gong berukuran paling besar atau disebut gong betina), ogung jantan (gong berukuran lebih kecil), doal (gong yang lebih kecil dari ogung jantan), tiga salempong atau atau mongmongan (gong dengan ukuran paling kecil).
Baca juga: Paabingkon, Upacara Kelahiran Cucu Pertama di Simalungun
Perlengkapan lainnya yaitu alat tiup terbuat dari bamboo yang dinamakan sarune atau saleot dan sepasang sambal kecil yang dinamakan tali sasayat. Permainan ensambel gordang Sambilan akan dipimpin oleh Panjangati.
Seorang panjangati harus menguasai pola ritmik setiap instrumen dalam ansambel gordang sambilan. Karena melalui pemimpinlah semua pola ritmik dan nada diolah. Saat ini masyarakat Mandailing masih menggunakannya sebagai alat musik sakral.
Gordang Sambilan juga dikenal sebagai alat musik kesenian tradisional Mandailing yang sudah popular di Indonesia bahkan di dunia. Maka dari itu sudah sepatutnya untuk terus dijaga, dilestarikan agar kelak dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. (Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id)