Keraton Kasepuhan di Cirebon merupakan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Islam. Keraton ini didirikan tahun 1529 oleh Pangeran Mas Zainul Arifin. Lokasinya yang berada di antara wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadikannya penghubung kebudayaan Sunda dan Jawa.
Kerton bera;amat di Jalan Keraton Kasepuhan No. 43, Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemah wungkuk, Keraton Kasepuhan merupakan perkembangan dari Keraton Pakungwati, yang didirikan tahun 1529 M (1451 Saka) oleh Pangeran Mas.
Setelah Kesultanan Cirebon terbagi dua, Pakungwati berganti menjadi Keraton Kasepuhan di bawah pimpinan Pangeran Mertawijaya bergelar Sultan Sepuh Mohammad Syamsudin Mertawijata.
Keraton Kasepuhan menempati lahan 25 hektar, terdiri berbagai bangunan, antara lain bangunan induk, pancaratna, pancaniti, sitinggil, paseban pengada, langgar agung, dan srimanganti.
Pintu gerbang utama untuk memasuki kompleks keraton berada di sebelah utara dan selatan kompleks. Gerbang utara disebut “kreteg pangrawit“, sedangkan di sebelah selatan disebut “lawang sanga” atau pintu sembilan. Di halaman keraton terdapat dua patung singa berwarna putih, meriam, dan arca nandi (sapi).
Baca juga: Tari Topeng Cirebon, Bermula Dari Keraton
Pelestarian Budaya
Bangunan Siti Hinggil merupakan bangunan terdepan saat pengunjung memasuki kawasan keraton. Dalam bahasa Cirebon, Siti Hinggil berarti tanah yang tinggi. Siti Hinggil sendiri terbuat dari susunan bata merah dengan gaya arsitektur Majapahit.
Saat memasuki bagian dalam kompleks, terdapat lima bangunan tanpa dinding. Bangunan utama disebut Malang Semirang. Bangunan ini memiliki enam tiang yang melambangkan rukun iman.
Secara keseluruhan, Malang Semirang memiliki tiang berjumlah dua puluh yang melambangkan sifat-sifat Allah. Masuk ke dalam lagi, pengunjung akan disambut gapura bergaya Majapahit dan juga kereta keraton beserta benda-benda pusaka di gedung museum.
Bagian paling belakang Keraton Kasepuhan terdapat Keraton Pangkuwati. Keraton ini merupakan bangunan pertama yang dibangun Pangeran Cakrabuana. Di dalamnya, terdapat petilasan peninggalan Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati.
Baca juga:Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi
Selain dapat melihat bukti kebesaran peninggalan kerajaan Islam, Keraton juga dijadikan sebagai tempat pelestarian budaya. Disini masih digelar acara tradisi setiap tahunnya. Misalkan seperti Acara Panjang jimat untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Keraton juga sering menjadi tuan rumah berbagai festival. Contohnya seperti Festival Keraton Nusantara, Festival Topeng Nusantara, Grebeg Syawal, dan festival kebudayaan lainnya.
Jam operasional Keraton Kasepuhan dibuka setiap hari mulai dari jam 08.00-18.00. Untuk harga tiket masuknya sekitar Rp 15.000 hingga Rp 25.000. Tidak hanya menjadi wisata sejarah, bangunan keraton ini juga menjadi wisata religi, sehingga layak untuk dikunjungi di Cirebon. (Diolah dari berbagai sumber)