Di Belitung, Kepulauan Bangka Belitumg, terdapat sebuah legenda yang begitu terkenal, yaitu kisah mengenai Raja Berekor. Cerita ini berasal dari tanah Mataram dan mengisahkan seorang raja manusia yang memiliki ekor layaknya binatang. Sebuah kisah yang menggabungkan mitos, keberanian, dan nasib takdir yang aneh.
Melansir dari buku karya Kemdikbud (badanbahasa.kemdikbud.go.id), alkisah pada zaman dahulu, di kerajaan Mataram, terdapat seorang raja bernama Seri Rama yang dikaruniai tujuh orang anak laki-laki. Dari ketujuh anak tersebut, sepasang di antaranya terlahir dengan keanehan.
Keduanya, yang kemudian dikenal dengan sebutan Raja Berekor, memiliki ekor yang tumbuh dari tulang pinggang mereka. Keanehan ini membuat mereka merasa malu dan merasa berbeda dari saudara-saudara mereka yang lain.
Merasa tidak bisa menerima takdir, Raja Berekor memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan berlayar menuju ke pulau Belitung. Dia berharap dapat menemukan kehidupan baru yang lebih baik.
Dalam perjalanan mereka, Raja Berekor dan saudaranya menyaksikan sebuah burung Makka yang terkenal dengan kecepatannya yang luar biasa. Melihat burung itu, Raja Berekor tergoda untuk mengalahkan kecepatan burung itu. Namun kapal mereka tetap tertinggal jauh.
Baca juga: Legenda Si Gringsing dan Si Kasur, Cinta Abadi yang Diuji
Di tengah perjalanan, tepatnya di Sungai Buding, Raja Berekor membuat keputusan yang kontroversial. Ia membuang seekor kera yang konon menjadi asal mula nama Pulau Kera, yang kini menjadi salah satu pulau terkenal di Belitung.
Walaupun burung Makka terbang lebih cepat dari kapal mereka, akhirnya burung itu kelelahan karena terlalu lama terbang dan mati. Kejadian ini meninggalkan kesan mendalam bagi Raja Berekor.
Setibanya di Pangkalan Buding, Raja Berekor memilih untuk menetap dan membangun sebuah rumah. Namun, nasib buruk kembali menghampiri.
Raja Berekor, yang semakin tergila-gila dengan kekuasaannya, mulai memerintahkan juru masaknya untuk menyembelih hamba-hambanya dan memasak mereka, karena ia merasa daging manusia memiliki rasa yang lezat. Hal ini membuat keenam hamba raja merasa takut dan terancam.
Baca juga: Kerbau Sakti Tolelembunga, Legenda Masyarakat Sulawesi Tengah
Dilanda rasa khawatir yang semakin besar, keenam hamba itu pun merencanakan pembunuhan terhadap Raja Berekor. Mereka mengundang Raja Berekor untuk hadir di sebuah pesta yang digelar penduduk kampung. Saat Raja Berekor menikmati hidangan yang disajikan, orang-orang kampung yang telah menunggu di bawah rumah segera menarik ekor Raja Berekor.
Pada saat yang tepat, keenam hamba tersebut menikam Raja Berekor hingga ia menghembuskan nafas terakhir. Jenazah Raja Berekor kemudian dimakamkan di sebuah kampung dekat Gunung Bangsi, di distrik Buding, Belitung. Konon, kuburan Raja Berekor masih ada hingga kini dan menjadi sebuah situs. (Diolah dari berbagai sumber)