Salah satu tradisi adat yang lestari hingga kini di Bumi Sanggam julukan untuk Kabupaten Balagan, Kalimantan Selatan, yakni ritual Aruh Adat Baharin dari Komunitas Masyarakat Dayak Meratus.
Sebagai daerah majemuk, Kabupaten Balangan mempunyai keberagaman budaya berupa adat istiadat, kebiasaan serta kearifan lokal lainnya. Aruh Adat inipun ternyata beragam jenisnya, salah satunya ialah aruh adat Baharin yang digelar komunitas masyarakat dayak Meratus Desa Kapul Kecamatan Halong.
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Balangan Mandan, Aruh Baharin seperti dikutip dari Infopublik.id, beberapa waktu lalu, menyebut upacara adat sebagai wujud syukur dan merayakan hasil panen yang berhasil bagi masyarakat adat dayak Halong, serta ucapan terima kasih atas terkabulnya hajat-hajat yang pernah disampaikan.
Upacara aruh Baharin sendiri, menurut salah satu tokoh Desa Kapul Kecamatan Halong ini, diawali dengan Bagamal yaitu pemanggilan dewa-dewa dimana para dewa ini berada di berbagai alam.
Baca juga: Larung Sesaji Bumi Bukan Hanya Sebuah Tradisi
Diantara alam tempat para Dewa tersebut tinggal diantaranya, alam kadedupa, kademayan, kadumarin, ujungpandang, kejanakan (yang tampak). Kemudian, alam semar, anak Nabi Sulaiman, laut berpermata, pewenangan Nabi Sulaiman.
Dalam bagamal juga terdapat segmen sumbayang yaitu memuja tanaman dan hewan tertentu, seperti kayu petiti/puai (sejenis umbi-umbian) dan kepiting atau ketam.
Selain itu, dalam bagamal juga terdapat pujaan terhadap hyang putir berupa mantera berisi cerita proses terjadinya padi hingga turun ke bumi dan berladang hingga panen. “Upacara Aruh Baharin ini biasanya digelar selama 7 hari 7 malam lamanya dan akan melewati 3 tahapan,’’ ujar Mandan.
Tahap pertama, lanjut Mandan, adalah persiapan di mana kaum laki-laki membuat dan menghias perjamuan, sedangkan para perempuan memasak lauk pauk. Di tahap kedua pemuka adat melakukan ritual pemanggilan arwah para leluhur di malam ke-3 hingga ke-4, tujuannya untuk para leluhur ikut hadir dan merestui Upacara Aruh Baharin ini.
Baca juga: Kenduri Rabu Abeh, Tradisi Tolak Bala Masyarakat Aceh
Sedangkan tahap ketiga yang merupakan puncak dari Upacara Aruh Baharin, ditandai dengan penyembelihan hewan korban seperti ekor kerbau. Aruh Baharini sendiri, menurut dia, merupakan salah satu keberagaman yang harus terus dijaga dan dilestarikan, karena keberadaanya merupakan kekeyaan daerah yang tak ternilai harganya.
Selain itu, lebih jauh diungkapkannya, Aruh Adat ini bukan hanya sekedar rangkaian adat yang dijalankan oleh masyarakat adat berupa kesyukuran atas hasil panen musim. Tradisi ini juga menjadi salah satu media silaturahmi bagi seluruh lapisan masyarakat untuk terus memupuk kekompakan dan kebersamaan yang telah terjaga dengan baik selama ini.