Di Probolinggo, Jawa Timur, terdapat sebuah batu yang dianggap sangat istimewa oleh warga setempat. Batu ini, jika dipukul, akan mengeluarkan suara yang mirip dengan bunyi kenong.
Karena itu, batu ini dikenal dengan nama Batu Kenong. Batu ini terletak di perbukitan Desa Pasembon, Kecamatan Kotaanyar, Probolinggo. Batu besar dengan lebar sekira 4 meter dan tinggi 2 meter itu dapat ditemukan di bagian selatan bukit.
Dilansir dari Detik, pada titik tertentu, jika batu dipukul dengan batu lain akan mengeluarkan bunyi ‘nong nong’ seperti bunyi kenong. Sekira 200 meter ke utara dari Batu, terdapat batu lebih kecil.
Batu ini, jika dipukul dengan batu lain, juga mengeluarkan suara yang mirip dengan bunyi gamelan. Batu Kenong memiliki suasana yang sejuk dengan rindangnya pepohonan, dan gemericik air sungai yang mengalir dari Gunung Argopuro.
Masyarakat sekitar hingga saat ini tidak mengetahui pasti sejak kapan batu itu ada. Mahrus, sesepuh Desa Pasembon, menyebutkan bahwa meski asal usul Batu ini tidak diketahui, warga sekitar percaya bahwa batu itu sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Legenda Pesut Mahakam dan Kisah Ibu Tiri Yang Kejam
Bukit Mantan
Menurut cerita yang beredar, kisah Batu Kenong bermula dari sebuah iring-iringan pengantin. Mahrus menceritakan bahwa pada zaman dahulu, sebuah iring-iringan pengantin melewati sebuah bukit yang kini dikenal dengan nama Bukit Mantan, yang berasal dari kata ‘kemantan’ yang berarti pengantin.
Namun, saat iring-iringan pengantin itu melewati bukit, entah apa yang terjadi, rombongan pengantin itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Menurut cerita masyarakat, Batu Kenong diyakini merupakan jelmaan dari sepasang pengantin kerajaan yang menghilang saat melewati lokasi bebatuan.
Batu besar yang ada di sana dipercaya sebagai simbol pengantin laki-laki, sementara batu yang lebih kecil dianggap sebagai simbol pengantin perempuan.
Konon, ada masyarakat setempat pada setiap malam Jumat Legi, sering terdengar suara ringkik kuda dari arah perbukitan Batu Kenong. Warga meyakini bahwa suara itu berasal dari kuda yang mengiringi rombongan pengantin yang hilang di Bukit Mantan.
Hingga kini, cerita rakyat ini masih menjadi kearifan lokal yang populer di masyarakat Probolinggo. (Diolah dari berbagai sumber)