Permadani (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah telah sukses menggelar paragan siswa (praktik siswa) untuk siswa Bergada II di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwokerto di Jl. Prof. Dr. HR Bunyamin No.574 Bancarkembar. Acara yang digelar 22-24 November 2024 ini merupakan upaya menjaga dan melestarikan kebudayaan Jawa.
Ketua DPD Permadani Kabupaten Banyumas Hamid Edi Sugih mengapresiasi berlangsungnya kegiatan paragan siswa yang yang berlangsung di SKB Purwokerto. “Sekarang siswanya kurang lebih 50, kedepannya semoga bertambah. Acara paragan siswa ini akan selalu diadakan karena sebagai syarat kelulusan sebelum diadakan ujian tertulis dan wisuda,” jelas Edi.
Edi pun menilai paragan siswa di SKB Purwokerto yang baru berjalan dua angkatan masih perlu melakukan perbaikan untuk mengegelar acara serupa tahun depan. Dari acara yang berlangsung tiga hari itu, Edi menyaksikan para siswa membuktikan mampu menjalani praktik dengan bagus.
Dari wisuda Permadani Banyumas Angkatan Kedua ini, Edi beharap dapat menambah kekuatan dan kemajuan organisasi. “Nantinya para siswa itu sebagian akan menjadi pengurus. Sehingga bisa menambah kekuatan organisasi, otomatis organisasi juga akan lebih maju.” Pungkas Egi Sugih.
Baca juga: Permadani Gelar Simulasi Upacara Adat Di SKB Purwokerto
Lestarikan Budaya
Selama ini, siswa Permadani tidak hanya dididik sekadar mempelajari budaya Jawa namun juga ikut menjaga, dan melestarikan budaya tradisional di tengah globalisasi. Hal ini diungkap Hana Saraswati, siswa Permadani Kabupaten Banyumas berusia 26 tahun yang juga guru bahasa Jawa.
“Saya ingin melestarikan budaya Indonesia, terutama MC Jawa Perempuan saat ini masih sedikit. Saya bergabung dengan Permadani sudah 5 bulan. Saya jadi lebih mengenal budaya adat Jawa, terutama di adat pernikahan. Di Permadani juga dilatih menjadi MC Adat yang baik dan benar,” kata Hana
Hana mengaku kesulitan saat pertama kali belajar bahasa Jawa. Karena ada beberapa kata yang sulit untuk dipahami dan sulit digunakan sehari-hari karena bahasanya berbeda. Terlebih selama berlatih siswa Permadani dituntut untuk lepas teks, hingga setiap hari selalu menghafal. Meski demikian, Hana berpesan untuk tidak ragu melestarikan budaya Jawa,
“Walaupun susah tapi kalau lakukan senang hati pasti akan terasa ringan. Kalau kita pelajari lebih mendalam, ternyata bahasa Jawa itu bahasa yang sangat indah,” pungkas Hana.
Tingkatkan Kompetensi
Sedangkan Oktaviani (23 tahun) yang sehari-hari bekerja sebagai host live menjelaskan motivasinya ikut Permadani karena ingin belajar bahasa Jawa. “Mungkin beberapa orang berfikir untuk belajar MC-nya, tapi kalau saya ingin belajar bahasanya. Karena kalau sudah bisa bahasanya, otomatis nantinya akan lebih mudah belajar jadi MC,” kata Hana.
Dalam acara simulasi upacara adat yang digelar di SKB Purwokerto ini, Hana mengungkapkan keseruan acaranya dan sisi positif dari acara untuk melestarikan warisan budaya ini.
Baca juga: Begalan: Tradisi Pernikahan Adat Jawa di Banyumas
“Dalam Paragan Siswa ini, saya sempat menjadi MC di siraman, pengantinnya keluarga cowok, domas, dan juga yang hamil pada saat tingkeban. Seru rasanya dan saya menikmati acaranya. Positifnya, setelah keluar dari Permadani, nantinya saya sudah tidak kaget lagi kalau dimintai MC, saya sudah punya ilmunya untuk diterapkan” Terang Okta.
Okta juga berharap anak-anak muda untuk bisa melestarikan dan mengasah kembali kemampuan bahasa Jawanya. Salah satu media mengasah bahasa Jawa, salah satunya dengan bergabung dengan Permadani Banyumas.
Sebagai informasi, Permadani Banyumas yang berdiri 26 Agustus 2023 memiliki misi untuk terus mengembangkan peningkatan pendidikan kompetensi terutama bagi para Dalang, Pranoto Coro atau MC Jawa. Permadani menekankan keberadaan para pencinta budaya di Banyumas sangat diperlukan untuk melestarikan kearifan lokal.