Indonesia telah tercatat menjadi anggota Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sejak 27 Mei 1950. Bergabungnya Indonesia ke organisasi PBB ini tidak terlepas dari pandangan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Indonesia pun berpandangan, multilateralisme menjadi sandaran Indonesia dalam mengembangkan kerjasama global.
Sebagai salah satu anggota tetap, Indonesia pun mendapat tempat khusus bagi organisasi global itu. Mereka memiliki julukan khusus bagi Indonesia, yakni negara adidaya (superpower) kebudayaan.
Hal itu mengacu kepada pernyataan Asisten Direktur Jenderal (Dirjen) UNESCO Francesco Bandarin saat Sidang Umum di Paris, November 2017. Mantan direktur UNESCO World Heritage Center itu menyebut, tidak ada negara mana pun di dunia yang memiliki budaya sekaya Indonesia.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat, hingga akhir 2022 ada 11.622 warisan budaya di Indonesia. Sebanyak 12 di antaranya masuk sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Jalan Nusantara
Keistimewaan Indonesia bagi UNESCO makin bertambah saat mereka memberikan lampu hijau bagi diperkenalkannya ragam budaya yang dimiliki, untuk dipamerkan kepada seluruh negara anggota. Tepatnya ketika Konferensi Umum ke-42 pada 7–22 November 2023.
Saat sela-sela berlangsungnya konferensi, Pemerintah Indonesia bersama UNESCO, meresmikan Jalan Nusantara atau Archipelago Street, 13 November 2023.
Ini adalah area khusus berupa koridor selebar sekitar 5 meter dan panjang 200 meter yang kiri-kanannya dilapisi dinding kayu dan letaknya di salah satu lantai dari markas UNESCO di Paris. Area ini diperuntukkan sebagai ruang pamer 11 benda dan karya seni sumbangan Pemerintah Indonesia.
Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang memiliki area khusus untuk memamerkan benda seni budaya di markas besar UNESCO. Ke-11 karya itu meliputi angklung robot ciptaan Eko Mursito Budi, seorang dosen Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB). Kemudian suvenir perak miniatur Candi Borobudur yang dilapis kotak kaca, maket Candi Prambanan dan Candi Borobudur.
Selain itu, ada patung pemain seruling, replika tengkorak manusia purba, relief Samudra Raksa, lukisan Kematian Kumbakarna karya Nyoman Mandra, dan terakhir patung Garuda Wisnu Kencana karya Nyoman Nuarta yang turut merancang Istana Garuda dan Kantor Kepresidenan di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Tak hanya itu, ada pula peta dan inventaris digital sebagai ikhtisar dari 66 warisan budaya dan alam Indonesia yang terdaftar di UNESCO. Selaku Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, saat itu mengatakan, warisan budaya di Indonesia merupakan cerminan kontemporer dari nilai-nilai yang dilestarikan untuk generasi mendatang.
Sebagian dari keragaman warisan budaya di penjuru kepulauan Indonesia itu, lanjutnya, tercermin dalam Jalan Nusantara. Hilmar mengajak negara-negara anggota UNESCO untuk menjelajahi warisan budaya Indonesia yang memberikan gambaran mendalam mengenai perkembangan signifikan di masa depan.
Baca Juga: Kabupaten Tanggerang Didukung Jadi Kota Kreatif UNESCO
Sedangkan Asisten Dirjen UNESCO untuk Urusan Manajemen dan Administrasi Nicholas Jeffrey menyampaikan apresiasi pihaknya kepada Pemerintah Indonesia karena telah mendukung dalam upaya pengamanan dan restorasi karya seni. Dia menilai, Indonesia adalah mitra penting, khususnya dalam hal kebudayaan. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki keragaman budaya luar biasa, dapat berperan penting dalam pelestarian dan pelindungan budaya di dunia.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Andorra dan Prancis yang berkedudukan di Paris sekaligus Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Mohammad Oemar dalam kesempatan yang sama turut menyampaikan pernyataannya. Oemar menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen dalam pelestarian dan restorasi benda budaya melalui UNESCO. Salah satunya diwujudkan melalui Jalan Nusantara.
“Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sejarah Indonesia terjalin erat dengan keanekaragaman lingkungan hidup, pertukaran budaya, dan pluralisme agama, yang terlihat dari banyaknya situs warisan budaya dan alam yang tersebar di seluruh Nusantara,” ujarnya seperti dilansir oleh website Kementerian Luar Negeri.
Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Ismunandar mengatakan, pameran budaya Indonesia di Jalan Nusantara telah memberikan contoh baik merestorasi dan merawat barang budaya yang disumbangkan ke UNESCO. Koridor Jalan Nusantara ini akan terus ada hingga 4 tahun ke depan di markas UNESCO.
Jalan Nusantara menekankan pada makna penting warisan budaya Indonesia saat ini dan masa mendatang. Penataan benda budaya dalam area terpisah dengan kurasinya di UNESCO merupakan proyek percontohan dan diharapkan ke depan akan diikuti negara-negara anggota lainnya.
Jika sedang berada di Paris, jangan lupa singgahi juga Jalan Nusantara di markas UNESCO di kawasan Place de Fontenoy yang lokasinya berhadapan dengan Menara Eiffel. (Artikel diolah darin