By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Asal Usul Aksara Jawa, Kisah Ajisaka dan Dua Pengikut Setianya
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Asal Usul Aksara Jawa, Kisah Ajisaka dan Dua Pengikut Setianya
Cerita Rakyat

Asal Usul Aksara Jawa, Kisah Ajisaka dan Dua Pengikut Setianya

Ridwan
Last updated: 02/02/2025 14:55
Ridwan
Share
3 Min Read
Ilustrasi Aksara Jawa yang merupakan huruf tradisional asli Jawa. Gambar tangkapan layar YouTub/Dongeng Kita
SHARE

Cerita rakyat dari Jawa Tengah mengenai asal-usul aksara Jawa mengungkapkan bagaimana aksara ini mulai berkembang dan terus digunakan hingga kini oleh masyarakat Jawa Tengah.

Aksara Jawa, yang meliputi susunan “HA NA CA RA KA – DA TA SA WA LA – PA DHA JA YA NYA – MA GA BA THA NGA,” telah dipakai sejak dahulu sebagai bagian penting budaya masyarakat.

Kisah Ajisaka dan Awal Mula Aksara Jawa

Dilansir dari YouTube Dongeng Kita, meski aksara ini sekarang masih banyak digunakan, mungkin tak semua orang mengetahui cerita di balik penciptaannya yang terkait dengan kisah Ajisaka.

Kisah berikut akan menjelaskan lebih lanjut asal-usul aksara Jawa berdasarkan legenda yang berkembang di masyarakat.

Diceritakan bahwa Ajisaka, seorang pemuda sakti dari Majethi, memiliki dua pengikut setia bernama Dora dan Sembada. Keduanya dikenal sangat setia dan memiliki ilmu yang tak kalah tinggi.

Suatu ketika, Ajisaka memutuskan meninggalkan Majethi, dan meminta Dora untuk menemaninya dalam perjalanan. Sementara Sembada diminta menjaga pusaka miliknya dengan pesan tegas: pusaka itu hanya boleh diserahkan kepada Ajisaka sendiri.

Muslihat Ajisaka dan Kekalahan Sang Raja

Di sisi lain, ada kerajaan Medhangkamulan yang telah sekian lama dipimpin Raja Dewatacengkar, seorang raja bijaksana yang sangat dicintai rakyatnya.

Namun, segalanya berubah ketika raja secara tak sengaja memakan daging manusia setelah juru masaknya kehilangan salah satu jari yang masuk ke dalam makanan.

Kejadian itu membuat raja ketagihan daging manusia. Ia pun memerintahkan rakyatnya dikorbankan sebagai santapan hariannya. Perilaku Raja Dewatacengkar pun berubah kejam dan menakutkan.

Ajisaka tiba di Medhangkamulan dan heran melihat suasana kerajaan yang mencekam. Setelah mendengar penjelasan dari seorang penduduk, Ajisaka menyusun rencana untuk menghadapi raja.

Ia menawarkan diri sebagai santapan. Syaratnya raja harus memberi tanah seluas ikat kepalanya.

Raja setuju, namun saat mengukur tanah, ikat kepala itu tiba-tiba meluas tak terhingga hingga akhirnya mendorong raja ke laut, di mana ia berubah menjadi seekor buaya putih.

Ajisaka pun berhasil menaklukkan raja dan diangkat menjadi penguasa Medhangkamulan.

Sejarah di balik Aksara Jawa yang Diwarnai Duka

Setelah menjadi raja, Ajisaka mengirim Dora untuk mengambil pusaka yang dijaga oleh Sembada. Namun, saat Dora meminta pusaka, Sembada menolak karena ingat dengan pesan Ajisaka.

Perselisihan terjadi antara keduanya, dan mereka akhirnya bertarung. Karena sama-sama kuat, mereka saling mengalahkan dan tewas dalam pertarungan tersebut.

Mendengar kabar tragis itu, Ajisaka merasa bersalah dan sangat berduka. Demi mengenang dua pengikut setianya itu, Ajisaka kemudian menciptakan aksara Jawa. 

Aksara “HA NA CA RA KA” melambangkan dua orang, “DA TA SA WA LA” menggambarkan pertengkaran mereka, “PA DHA JA YA NYA” menunjukkan kekuatan yang sama, dan “MA GA BA THA NGA” berarti keduanya akhirnya tewas karena pertarungan.

Demikianlah asal-usul aksara Jawa, yang hingga kini masih digunakan dan memiliki nilai sejarah serta filosofi mendalam bagi masyarakat. (Achmad Aristyan – Sumber: YouTube Dongeng Kita)

You Might Also Like

Legenda Ciung Wanara, Kisah Kerajaan Sunda Galuh

Kisah Nyi Widuri, Asal Usul Pantai yang Menyimpan Kenangan

Legenda Keke Panagian, Melanggar Aturan Demi Impian

Gunung Maruyung, Kisah Putri Maharani dan Pangeran Ruyung

Putri Kaca Mayang, Legenda Asal Usul Kota Pekanbaru

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Sejarah di Balik Patung Ikonik Hiu dan Buaya di Surabaya
Next Article Jejak Sejarah Seni Ukir Jepara Dan Cerita Pahat Prabangkara
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?