By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Asal Usul Kulon Progo, Sempat Menjadi Bagian Kesultanan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Asal Usul Kulon Progo, Sempat Menjadi Bagian Kesultanan
Pariwisata

Asal Usul Kulon Progo, Sempat Menjadi Bagian Kesultanan

Achmad Aristyan
Last updated: 08/11/2024 11:04
Achmad Aristyan
Share
4 Min Read
Monumen Nyi Ageng Serang yang ada di Kulon Progo. Foto: dpad.jogjaprov.go.id
SHARE

Menelusuri sejarah nama dan asal usul Kulon Progo adalah hal yang menarik untuk dibahas. Sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kulon Progo memiliki posisi strategis yang berbatasan dengan beberapa daerah lain.

Di timur, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, sementara di selatan menghadap langsung ke Samudera Hindia. Di sisi barat, Kulon Progo berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, dan di utara terdapat Kabupaten Magelang.

Sebelum resmi dibentuk pada 15 Oktober 1951, wilayah Kulon Progo terbagi menjadi dua kabupaten yang berbeda. Pertama adalah Kabupaten Kulon Progo yang merupakan bagian dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan kedua adalah Kabupaten Adikarta yang termasuk dalam wilayah Kadipaten Pakualaman.

Wilayah Kasultanan 

Laman Pemkab Kulon Progo menyebut, sebelum terjadinya Perang Diponegoro (1825-1830), daerah ini tidak memiliki pejabat pemerintahan yang secara resmi menguasai wilayah.

Saat itu, pemerintahan dipegang pepatih dalem yang berada di Ngayogyakarta Hadiningrat. Namun, setelah perang, muncul perubahan yang signifikan dengan dibentuknya empat kabupaten, masing-masing dipimpin seorang tumenggung. Kabupaten itu adalah Kabupaten Pengasih (1831), Kabupaten Sentolo (1831), Kabupaten Nanggulan (1851), dan Kabupaten Kalibawang (1855).

Selanjutnya, keempat kabupaten ini digabung menjadi satu pada tahun 1912 dan dinamai Kabupaten Kulon Progo, dengan ibu kota di Pengasih dan bupati pertama yang menjabat adalah Raden Tumenggung Poerbowinoto.

Wilayah Kadipaten Pakualaman

Di bagian selatan, terdapat wilayah yang dikenal sebagai Kabupaten Adikarto, merupakan bagian dari Keprajan Kejawen. Dalam catatan ‘Vorstenlanden’, sekitar tahun 1813, Pangeran Notokusumo, yang diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I, mendapatkan palungguh di sebelah barat Sungai Progo.

Mengingat letak tanah pelungguh yang tersebar, Kyai Kawirejo I mengusulkan menyatukan daerah yang melahirkan Kabupaten Karang Kemuning. Di bawah pemerintahan bupati kedua, R. Rio Wasadirdjo, Paku Alam V memerintahkan pengeringan rawa-rawa di Kabupaten Karang Kemuning, yang kemudian dialihfungsikan menjadi lahan pertanian subur.  Sejak itu, nama Kabupaten Karang Kemuning diubah menjadi Kabupaten Adikarto oleh Sri Paduka Paku Alam V.

Baca Juga: Menggali Makna Sumbu Kosmologis Yogyakarta

Pada 5 September 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII menyepakati bahwa kedua daerah, baik Kasultanan maupun Pakualaman, merupakan wilayah yang berstatus istimewa dalam Negara Republik Indonesia.

Beberapa tahun kemudian, mereka mulai mempertimbangkan penggabungan Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Adikarta. Kesepakatan itu melahirkan UU No. 18 tahun 1951 yang ditetapkan pada 12 Oktober 1951 dan diundangkan pada 15 Oktober 1951. Kesepakan mengatur penggabungan kedua kabupaten tersebut dalam lingkungan DIY menjadi satu kabupaten yang bernama Kulon Progo. Tanggal 15 Oktober ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo.

Asal Usul Nama Kulon Progo

Terkait asal usul nama Kulon Progo, ada satu penjelasan yang cukup populer di kalangan masyarakat. Dalam bahasa Jawa, ‘Kulon Progo’ berarti ‘barat Progo’, di mana ‘kulon’ berarti ‘barat’ dalam bahasa Indonesia. ‘Progo’ merujuk pada Sungai Progo yang membatasi wilayah ini di bagian timurnya. Hal ini menjelaskan mengapa daerah ini dikenal sebagai Kulon Progo. (Sumber: dpad.jogjaprov.go.id)

You Might Also Like

Warkop NYC, Viral di Amerika Serikat

5 Destinasi Wisata Tematik Kopi di Indonesia

Ini Empat Desa Wisata Indonesia yang Diakui Internasional

Destinasi Rekreasi Keluarga Mega Wisata Ocarina

Oemah Alam Mandala Wonosobo, Rumah Singgah Para Pendaki

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Napak Tilas di Rumah Sandi Negara Kulon Progo
Next Article Embung Kleco Kulon Progo, Spot Sunset Terbaik
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?