Telaga Warna Puncak salah satu destinasi wisata alam di Puncak, Bogor yang menarik untuk dikunjungi. Daya tarik dari tempat ini adalah air danau dapat berubah warna setiap saat.
Terkadang berwarna hijau, sesaat berubah menjadi cokelat, kuning gelap hingga kuning terang.
Dibalik keindahan alamnya, ada beberapa cerita rakyat terkait terbentuknya telaga warna. Salah satunya yaitu kisah seorang putri raja yang serakah sehingga menyebabkan kerajaannya tenggelam.
Dewi Kuncung Biru
Dahulu kala, ada sebuah Kerajaan Kutatanggeuhan dipimpin Prabu Suwartalaya, dan istrinya Ratu Purbamanah. Mereka dikenal pemimpin yang bijaksana. Sayangnya, setelah lama menikah, raja dan ratu tak kunjung dikaruniai anak.
Pasangan raja dan ratu ini sangat menginginkan keturunan. Sang raja pun pergi ke sebuah gua untuk bertapa guna mencari petunjuk. Selang beberapa lama, ratu akhirnya hamil. Mereka pun sangat senang menyambut kelahiran bayinya.
Sang ratu melahirkan seorang putri yang sehat, selamat, dan sangat cantik.
Kelahiran itu diumumkan Prabu Suwartalaya dengan gembira kepada akyatnya. Putri raja itu kemudian diberi nama Nyi Mas Ratu Dewi Rukmini Kencana Wungu.
Putri Rukmini tumbuh menjadi perempuan cantik yang disayangi kedua orang tuanya sekaligus seluruh rakyatnya. Setiap hari dia dimanja dan sering diberi hadiah. Hampir semua keinginannya selalu dituruti, tanpa terkecuali.
Dia dijuluki Dewi Kuncung Biru karena waktu kecil rambutnya selalu dikucir pita berwarna biru.
Perayaan 17 Tahun Sang Putri
Pada saat Dewi Kuncung Biru berusia 17 tahun, ia ingin dirayakan. Sang putri meminta kepada ayahnya menggelar pesta megah. Seluruh rakyat diundang menghadiri pesta, dan mereka harus membawa hadiah terbaik untuk sang putri.
Selain itu, Dewi Kuncung Biru juga meminta hadiah berupa permata, berlian, emas, dan mutiara. Permintaan tak masuk akal lainnya yaitu, Dewi Kuncung Biru ingin setiap rambutnya dihiasi dengan emas permata dan berlian indah.
Permintaan itu sontak membuat raja terkejut. Sang raja pun menolaknya dan membuat Dewi Kuncung Biru marah. Singkat cerita, kemarahannya terdengar hingga ke luar istana.
Seluruh rakyat lantas gotong royong mengumpulkan harta kekayaan mereka demi memenuhi permintaan putri raja.
Saat pesta tiba, sang putri tiba-tiba marah karena merasa bahwa hadiah-hadiah yang diterimanya tidak sesuai dengan keinginannya. Dengan penuh amarah, Putri Nawangwulan membuang semua hadiah dan menangis.
Tangisan putri membuat raja dan ratu merasa sangat malu di depan rakyat mereka. Mereka berusaha menenangkan sang putri, tetapi dia tetap tidak mau berhenti menangis.
Melihat kejadian itu, dewa-dewa murka karena kelakuan putri yang tidak tahu berterima kasih.
Sebagai hukuman, mereka mengutuk istana dan seisinya. Secara perlahan, istana mulai tenggelam ke dalam tanah dan dari tempat istana itu tenggelam, dan menjadi sebuah telaga.
Namun, air telaga tersebut tidak berwarna biasa. Airnya menampilkan warna-warni yang indah.
Konon, perubahan air itu karena banyaknya perhiasan dan hadiah berharga yang dibuang sang putri ke lantai istana, sehingga memantulkan berbagai warna yang indah. Itulah sebabnya telaga tersebut dinamakan Telaga Warna.
Telaga Warna pun menjadi pengingat bagi masyarakat sekitar tentang pentingnya bersyukur dan tidak tamak. Hingga kini, Telaga Warna tetap menjadi tempat penuh misteri dan keindahan, serta menjadi salah satu destinasi wisata di Jawa Barat (Dari berbagai sumber)