By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Ayam Betutu, Dari Sajian Upacara Adat ke Kuliner Rakyat
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Ayam Betutu, Dari Sajian Upacara Adat ke Kuliner Rakyat
Warisan Budaya

Ayam Betutu, Dari Sajian Upacara Adat ke Kuliner Rakyat

Ridwan
Last updated: 11/01/2025 12:43
Ridwan
Share
3 Min Read
Ayam Betutu menjadi kuliner yang banyak dicari wisatawan saat berkunjung ke Pulau Dewata. Foto: Eva Sri Astuti
SHARE

Ayam betutu, kuliner dari Bali yang terbuat dari ayam atau bebek utuh dengan racikan bumbu base genep atau bumbu wewangenan lengkap. Sajian ini dulunya dipersembahkan untuk Ida Hyang Widhi Wasa, namun saat ini dapat dinikmati sebagai kuliner rakyat. 

Bali dikenal sebagai daerah yang kental dengan budayanya.  Tak lengkap rasanya jika mengunjungi Bali tanpa menikmati sajian khasnya ayam betutu yang sarat akan makna. Kuliner ini sendiri telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTB) Indonesia.

Menurut beberapa sumber, nama betutu berasal dari kata be yang berarti daging atau ikan dan tunu yang berarti dibakar atau dipanggang. Sehingga betutu kemudian dapat diartikan sebagai daging yang dibakar.

Baca Juga: Kisah Ki Ageng Makukuhan dan Lahirnya Ayam Cemani

Awalnya ayam betutu ini disajikan sebagai makanan persembahan untuk Ida Hyang Widhi Wasa atau Tuhan yang Maha Esa melalui Upacara Dewa Yadnya. Upacara Dewa Yadnya sendiri merupakan salah satu upacara persembahan dari panca yadnya yang diartikan sebagai lima korban suci atau persembahan tulus ikhlas kepada Ida Hyang Widhi Wasa

Dalam perkembangan selanjutnya, ayam betutu juga disajikan sebagai kelengkapan untuk yadnya yang lainnya, seperti Pitra Yadnya, Resi Yadnya, Manusa Yadnya, dan Butha Yadnya. Setelah itu, hasil persembahan tersebut dimakan bersama-sama. 

Seiring dengan perkembangan zaman, ayam betutu juga tidak hanya dijadikan sebagai persembahan suci dalam Upacara Panca Yadnya, tapi juga disajikan sebagai hidangan bagi keluarga raja dan untuk kebutuhan sosial. 

Kemudian, menurut sejarawan kuliner Fadly Rahman, ayam betutu dikomersialisasikan pada 1967. Selanjutnya pada 1976, kuliner ini dipopulerkan oleh Ni Wayan Tempeh bersama suaminya, I Nyoman Suratna. Mereka ini mendirikan Warung Ayam Betutu Men Tempeh yang kemudian populer dan menjadi ikon kuliner Bali.  

Proses pembuatan ayam betutu dibuat dengan racikan bumbu base genep atau bumbu lengkap. Bumbu base genep ini terdiri dari rempah-rempah lengkap seperti kemiri, kencur, kunyit, daun salam lengkuas, jahe, laos, kapulaga, serai, pala, bangle, daun limau, dan sebagainya.     

Kemudian, bumbu base genep dibalurkan ke seluruh permukaan hingga bagian dalam ayam yang masih utuh. Setelah itu, ayam dibungkus dengan daun pisang atau daun pinang untuk menambah aroma harum yang khas. Selain itu, penambahan minyak kelapa murni juga membuat ayam ini bertekstur lembut. 

Secara tradisional, ayam dikubur di dalam tanah dengan api sekam hingga menghasilkan temperatur panas. Proses ini berlangsung selama 8 hingga 10 jam. Seiring dengan perkembangan teknologi, pemanggangan kemudian dilakukan dengan menggunakan oven atau alat panggang lainnya. 

Sebelum dipanggang, biasanya ayam akan dipresto atau dikukus terlebih dahulu selama beberapa jam. Penggunaan pelepah pinang juga mulai tergantikan dengan aluminium foil. Meski begitu, cara ini tetap menghasilkan sajian yang lezat. 

Ayam betutu adalah cerminan dari sejarah dan budaya dari masyarakat Bali. Meski dulunya disajikan dalam upacara adat namun saat ini telah menjadi kuliner rakyat yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. (Anisa Kurniawati-Sumber: Indonesiakaya.com)

You Might Also Like

Kearifan Lokal, Benteng Hadapi Bencana Di Nusantara

Melihat Kejayaan Cirebon di Gedung Pusaka Keraton Kanoman

Tari Caci Simbol Keperkasaan Laki-Laki Manggarai

Senjata Tradisional Kujang, Pusaka Ikon Budaya Jawa Barat

Kampung Gitar Mancasan, Sentra Alat Musik Petik Ekspor

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Candi Muaro Jambi, Situs Terbesar di Sumatera
Next Article Tari Topeng Betawi, Ikon Seni dan Budaya Masyarakat Jakarta
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?