Ayam betutu, kuliner dari Bali yang terbuat dari ayam atau bebek utuh dengan racikan bumbu base genep atau bumbu wewangenan lengkap. Sajian ini dulunya dipersembahkan untuk Ida Hyang Widhi Wasa, namun saat ini dapat dinikmati sebagai kuliner rakyat.
Bali dikenal sebagai daerah yang kental dengan budayanya. Tak lengkap rasanya jika mengunjungi Bali tanpa menikmati sajian khasnya ayam betutu yang sarat akan makna. Kuliner ini sendiri telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTB) Indonesia.
Menurut beberapa sumber, nama betutu berasal dari kata be yang berarti daging atau ikan dan tunu yang berarti dibakar atau dipanggang. Sehingga betutu kemudian dapat diartikan sebagai daging yang dibakar.
Baca Juga: Kisah Ki Ageng Makukuhan dan Lahirnya Ayam Cemani
Awalnya ayam betutu ini disajikan sebagai makanan persembahan untuk Ida Hyang Widhi Wasa atau Tuhan yang Maha Esa melalui Upacara Dewa Yadnya. Upacara Dewa Yadnya sendiri merupakan salah satu upacara persembahan dari panca yadnya yang diartikan sebagai lima korban suci atau persembahan tulus ikhlas kepada Ida Hyang Widhi Wasa
Dalam perkembangan selanjutnya, ayam betutu juga disajikan sebagai kelengkapan untuk yadnya yang lainnya, seperti Pitra Yadnya, Resi Yadnya, Manusa Yadnya, dan Butha Yadnya. Setelah itu, hasil persembahan tersebut dimakan bersama-sama.
Seiring dengan perkembangan zaman, ayam betutu juga tidak hanya dijadikan sebagai persembahan suci dalam Upacara Panca Yadnya, tapi juga disajikan sebagai hidangan bagi keluarga raja dan untuk kebutuhan sosial.
Kemudian, menurut sejarawan kuliner Fadly Rahman, ayam betutu dikomersialisasikan pada 1967. Selanjutnya pada 1976, kuliner ini dipopulerkan oleh Ni Wayan Tempeh bersama suaminya, I Nyoman Suratna. Mereka ini mendirikan Warung Ayam Betutu Men Tempeh yang kemudian populer dan menjadi ikon kuliner Bali.
Proses pembuatan ayam betutu dibuat dengan racikan bumbu base genep atau bumbu lengkap. Bumbu base genep ini terdiri dari rempah-rempah lengkap seperti kemiri, kencur, kunyit, daun salam lengkuas, jahe, laos, kapulaga, serai, pala, bangle, daun limau, dan sebagainya.
Kemudian, bumbu base genep dibalurkan ke seluruh permukaan hingga bagian dalam ayam yang masih utuh. Setelah itu, ayam dibungkus dengan daun pisang atau daun pinang untuk menambah aroma harum yang khas. Selain itu, penambahan minyak kelapa murni juga membuat ayam ini bertekstur lembut.
Secara tradisional, ayam dikubur di dalam tanah dengan api sekam hingga menghasilkan temperatur panas. Proses ini berlangsung selama 8 hingga 10 jam. Seiring dengan perkembangan teknologi, pemanggangan kemudian dilakukan dengan menggunakan oven atau alat panggang lainnya.
Sebelum dipanggang, biasanya ayam akan dipresto atau dikukus terlebih dahulu selama beberapa jam. Penggunaan pelepah pinang juga mulai tergantikan dengan aluminium foil. Meski begitu, cara ini tetap menghasilkan sajian yang lezat.
Ayam betutu adalah cerminan dari sejarah dan budaya dari masyarakat Bali. Meski dulunya disajikan dalam upacara adat namun saat ini telah menjadi kuliner rakyat yang dapat dinikmati oleh semua kalangan. (Anisa Kurniawati-Sumber: Indonesiakaya.com)