Siapa yang tidak mengenal Bagong Kussudiardja? Dia adalah seniman berpengaruh yang telah melahirkan karya di bidang koreografi, seni lukis, seni patung, dan sajak. Sosoknya memiliki yang karakter kuat, unik dan terbuka.
Lebih dari separuh hidupnya telah didedikasikan kepada dunia kesenian. Kontribusinya pada dunia kesenian sangat luar biasa. Kini generasi sekarang dapat belajar banyak hal dari seorang Bagong Kussudiardja. Kisah lengkapnya, ikuti artikel berikut:
Mengenal Sosok Bagong Kussudiardja
Bagong Kussudiardja lahir di Yogyakarta, 9 Oktober dari pasangan orang tua bernama RB Tjondro Sentono dan Siti Aminah. Beliau merupakan 4 bersaudara. Kakeknya, Gusti Djuminah konon adalah putra mahkota Sultan HB VII yang terpaksa harus menjalani hukuman kurantil (pengasingan), karena membelot.
Masa kecilnya sulit, Bagong harus melakoni berbagai pekerjaan seperti menambal ban dan jadi kusir andong. Karena penghasilan Ayahnya sebagai pelukis wayang dan penulis aksara Jawa kurang mampu menopang kehidupan keluarga.
Perjalanan Karir
Awal mula karir Bagong Kussudiardja dimulai di Sekolah Tari Kredo Bekso Wiromo yang dipimpin oleh Pangeran Tedjokusumo. Kemudian ia juga bergabung dengan Poesat Peloekis Indonesia (PTPI). Pada tahun 1946, ia juga mulai belajar melukis.
Pada tahun 1957-1958, Kussudiardja mendapat kesempatan berlatih di Amerika Serikat di bawah asuhan Martha Graham. Setelah kembali ke Tanah Air, dia kemudian menggabungkan gerakan-gerakan modern yang dipelajarinya dengan tarian tradisional Indonesia.
Seniman lalu mendirikan Pusat Latihan Tari (PLT) pada 5 Maret 1958. Di masa orde baru, karirnya mencapai masa puncak. Bagong sering mendapat pesanan karya seni dari pemerintah dan lainnya.
Pada tahun 1973, Bagong Kussudiardja diutus sebagai perwakilan pemerintah untuk berbagai kegiatan Internasional. Selain itu, dia juga mendirikan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja pada 2 Oktober 1978.
Selama hidupnya, ada lebih dari 200 tari telah diciptakan, dalam bentuk tunggal atau massal. Diantaranya yaitu tari Kuda-Kuda (1953), tari Layang-layang (1954), tari Satria Tangguh, Bedaya Gendeng (1980-an) dan lainnya.
Seniman tari yang satu ini juga pernah mengadakan perjalanan lima bulan ke tujuh negara Eropa pada Desember 1984. Bersama 14 penari, ia mengadakan 69 kali kegiatan: pentas tari, seminar, lokakarya, pameran batik, dan demonstrasi melukis batik.
Selain menciptakan tari, Bagong juga aktif dalam seni lukis. Dia mengerjakan berbagai gaya termasuk impresionisme, abstrak, dan realisme. Beberapa lukisannya yaitu Topeng (1956), Penari Bali (1989), Barong (1993), Nelayan (1997) dan lainnya.
Bagong Kussudiardja pada akhirnya meninggal di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada 15 Juni 2004. Dalam wasiatnya, seniman ini berpesan agar pemakamannya diiringi dengan gending berjudul Mega Mendung Tiba Tlutur. (Anisa Kurniawati-Berbagai sumber)