Legenda Plintheng Semar ini menjadi cerita rakyat kondang di Wonogiri yang dengan nilai-nilai spiritual.
Plintheng Semar, sebuah batu besar yang menjadi ikon terkenal di Kota Wonogiri, Jawa Tengah, tepatnya di Taman Selopadi, Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri. Batu ini diperkirakan memiliki bobot sekira 25 ton berada dekat pohon asem besar.
Meskipun tampak rentan jika pohoh tersebut tumbang, batu Plintheng Semar tetap bertahan di tempatnya selama ratusan tahun. Keberadaan batu ini terus menarik perhatian, terutama karena adanya legenda yakni sebuah cerita rakyat yang menggambarkan kejadian-kejadian yang diyakini masyarakat sebagai sebuah bagian dari sejarah atau mitos di tempat itu.
Melansir dari bukupintarkabupatenwonogiri.blogspot.com, Batu Plintheng Semar bukan hanya dikenal sebagai batu besar, tetapi juga karena kaitannya dengan legenda yang telah diwariskan turun-temurun di masyarakat.
Legenda ini berkisah tentang Semar atau Ki Brodronoyo, sosok dewa yang memiliki tiga anak, yaitu Punakawan. Meskipun mereka memiliki kesaktian seperti dewa, mereka adalah abdi dalem dari Pandawa, lima ksatria yang membela kebenaran.
Baca juga:Legenda Kali Mewek dan Kisah Penculikan Ken Dedes
Pada suatu ketika, Pandawa memutuskan untuk melakukan meditasi di Grojogan Sewu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Selama meditasi, lima kstaria itu mendapat gangguan dari makhluk halus dan raksasa.
Semar dan Punakawan terus berjaga untuk mengusir gangguan itu. Akhirnya, datanglah Raksasa Sakti yang sangat kuat dan berniat menghabisi Pandawa. Semar pun harus turun tangan langsung menghadapi raksasa.
Pertarungan antara Semar dan Raksasa Sakti berlangsung sangat sengit, dengan keduanya saling mengeluarkan ilmu kesaktian. Semar sempat menggunakan Ajian Ganda Maruto, yang dikenal sebagai ajian kentut sakti.
Meskipun suara dan bau dari ajian itu sangat dahsyat, Raksasa Sakti berhasil menahan serangan dengan menutup hidungnya. Semar yang terdesak, kemudian menggandakan dirinya untuk mengelabui raksasa.
Setelah bermeditasi dan memohon petunjuk kepada Sang Hyang Widi, Semar diberi kekuatan dan alat baru untuk melawan Raksasa Sakti. Dia diberikan sebuah peluru ketapel besar, atau yang dikenal dengan nama “Plintheng”.
Baca juga: Kisah Joko Lelono dalam Legenda Umbul Naga
Semar segera membuat ketapel dan mengarahkan peluru besar ke pantat Raksasa Sakti. Begitu peluru melesat, Raksasa Sakti menjerit kesakitan dan akhirnya jatuh tersungkur. Namun, karena kekuatan Raksasa Sakti, peluru akhirnya terpental jauh ke arah selatan dan jatuh di bawah pohon asem. Tempat jatuhnya peluru kini dikenal dengan nama Plintheng Semar.
Konon, batu besar yang ada di Taman Selopadi, Giripurwo, adalah sisa dari pertempuran yang legendaris ini. Hingga kini, batu ini tetap menjadi simbol dari kemenangan Semar dalam mengalahkan Raksasa Sakti dan melindungi Pandawa.
Legenda Plintheng Semar ini menjadi cerita rakyat kondang di Wonogiri yang tak hanya kaya akan nilai-nilai spiritual, tetapi juga memberi gambaran tentang keberanian dan kebijaksanaan tokoh Semar.
Kini Taman Selopadi jadi tempat wisata bagi warga lokal. sekaligus menyaksikan langsung tempat bersejarah sambil menikmati keindahan alam dan suasana kota yang beken dengan sebutan Kota Gaplek ini. (Diolah dari berbagai sumber)