Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis kini sedang serius berusaha mengembangkan ekowisata mangrove. Pemerintah daerah berharap ekowisata itu akan menjadi destinasi wisata unggulan yang mendukung pengembangan Desa Wisata Bantan Tengah.
Melansir Infopublik.id, harapan untuk pengembangan wisata mangrove itu disampaikan Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, Johansyah Safri saat Soft Opening Ekowisata Sungai Liong, Gerakan Pangan Murah, dan Deklarasi Lima Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Desa Bantan Tengah, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Senin (30/9/2024).
Johansyah menyatakan bahwa Pemkab Bengkalis akan terus mendorong semua pihak untuk berkontribusi dalam mengelola, merawat, dan menjaga keberlangsungan ekosistem hutan mangrove. “Hutan mangrove merupakan ekosistem penting yang berperan dalam mengendalikan perubahan iklim serta menjaga keragaman biota laut di kawasan pesisir,” ujarnya.
Ia menambahkan, konsep ekowisata yang ditawarkan diharapkan dapat menumbuhkan optimisme dan memperkuat komitmen bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan. “Tidak banyak kabupaten seperti kita yang memiliki kawasan mangrove yang luas dan sebagian besar masih dalam kondisi baik. Hal ini menjadikan Kabupaten Bengkalis sebagai wilayah penting dalam perlindungan mangrove alami yang masih tersisa di Indonesia,” lanjutnya.
Mengutip dari laman Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Pulau Bengkalis memiliki hutan mangrove seluas 8.717 hektare. Seperlimanya terpusat di Sungai Kembung, pesisir timur Bengkalis, tepatnya di Desa Teluk Pambang (950,96 ha) dan Kembung Luar (951,33 ha). Kedua desa itu merupakan jantung mangrove di Pulau Bengkalis. Bagi sebagian masyarakat Pesisir Bengkalis , hutan mangrove di kedua desa itu menjadi sumberpenghidupan, mulai hasil laut dari hutan mangrove, hingga kayu mangrove-nya.
Sementara contoh pemanfaatan hutan mangrove yang berhasil dijadikan destinasi wisata bisa disaksikan di Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk, Jakarta Utara. Di kawasan konservasi alam mangrove seluas 99,82 hektar ini telah dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata serta rekreasi alam yang menarik banyak wisatawan. Kawasan yang menjadi bagian dari hutan Angke Kapuk ini, selain menjadi lokasi pariwisata alam sekaligus mempertahankan kelestarian fungsi mangrove sebagai sistem penyangga kehidupan.
Kini sudah saatnya bagi Kabupaten Bengkalis bergerak mengembangkan hutan mangrove menjadi destinasi wisata unggulan yang ada di Sumatera.