Perempuan di suku Mentawai memiliki cara yang berbeda ketika ingin terlihat cantik yakni dengan kerik gigi untuk meruncingkan gigi. Masyarakat suku Mentawai percaya mengerik gigi dapat menambah aura kecantikan.
Suku Mentawai adalah suku asli yang mendiami Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Suku ini dikenal sebagai salah satu suku tertua di Indonesia.
Tradisi kerik gigi ini bisa jadi lahir dari filosofi masyarakat Mentawai yang percaya bila manusia memiliki dua wujud, yaitu arwah dan tubuh yang tidak akan binasa.
Bila mereka tidak puas dengan penampilan fisiknya, mereka akan terkena penyakit dan ditarik ke dunia lain.
Dari hal inilah membuat suku Mentawai menghias tubuh mereka dengan tato dan mengubah bentuk gigi. Agar jiwa mereka selalu mendapatkan kebahagiaan dan panjang umur.
Proses Meruncingkan Gigi
Proses kerik gigi wanita suku Mentawai dilakukan secara manual. Selama proses berlangsung, mereka juga tidak dibius, sehingga harus menahan rasa sakit.
Caranya menggunakan sebuah alat yang terbuat dari besi atau kayu yang sudah mereka asah hingga tajam. Gigi mereka diruncingkan dengan alat tadi, tidak hanya satu gigi namun semuanya.
Pengerikan gigi ini juga memakan waktu yang cukup lama. Setelah proses peruncingan selesai, biasanya mereka menggigit pisang hijau untuk mengurangi rasa sakitnya.
Makna Tradisi Meruncingkan Gigi
Tradisi kerik gigi merupakan salah satu perjuangan para wanita suku Mentawai dalam menemukan jati dirinya. Mereka percaya bahwa mengerik gigi dapat menambah aura kecantikan dan melambangkan kedewasaan seorang wanita.
Bagi suku Mentawai, seorang wanita dapat dikatakan cantik bila telah memenuhi tiga kriteria yaitu memiliki telinga yang panjang, tubuh berhias tato, dan gigi runcing.
Tradisi kerik gigi juga memiliki makna mendalam bagi suku Mentawai. Tradisi ini adalah bagian dari sikap mengendalikan diri dari enam sifat buruk manusia. Sifat ini disebut sebagai Sad Ripu.
Keenam sifat ini yaitu terdiri atas hawa nafsu (Kama), tamak (Lobha), marah (krodha), mabuk (Maba), iri hati (Matsarya), dan bingung (Moha). Namun, saat ini tidak banyak lagi perempuan di Suku Mentawai melakukan tradisi kerik gigi. (Diolah dari berbagai sumber)