By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Cerita di Balik Wayang Kancil, Media Pendidikan Berbalut Budaya
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Cerita di Balik Wayang Kancil, Media Pendidikan Berbalut Budaya
Warisan Budaya

Cerita di Balik Wayang Kancil, Media Pendidikan Berbalut Budaya

Achmad Aristyan
Last updated: 23/01/2025 03:18
Achmad Aristyan
Share
Pertunjukan Wayang Kancil. Foto: Facebook/Wayang Kancil
SHARE

Wayang Kancil adalah salah satu bentuk seni tradisional yang menghadirkan tokoh kancil sebagai karakter utama. Seni ini diciptakan Sunan Giri pada abad ke-15 sebagai media dakwah menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. 

Meski begitu, popularitas wayang kancil pada masa itu tidak berkembang pesat. Baru pada tahun 1925, seorang warga Tionghoa bernama Bo Liem memopulerkan kembali seni ini, sehingga mendapat perhatian lebih luas.  

Wayang Kancil terbuat dari kulit kerbau kering, kemudian dibentuk menjadi figur tokoh-tokoh cerita.

Pada tahun 1943, Raden Mas Sayid menyempurnakan bentuk wayang ini dan memperkenalkan kelir atau layar putih untuk memantulkan bayangan wayang selama pertunjukan.  

Perkembangan Wayang Kancil di Yogyakarta  

Melansir dari budaya-indonesia.org, Wayang Kancil mengalami kebangkitan signifikan pada tahun 1980 di Yogyakarta berkat Ki Ledjar Subroto, seorang seniman asal Wonosobo, Jawa Tengah.

Ki Ledjar memperkenalkan inovasi dalam bentuk wayang agar lebih menarik bagi penonton, terutama anak-anak. Ia juga didukung budayawan dan wartawan R.P.A Suryanto Sastroatmodjo yang memperkaya latar budaya cerita Kancil.

Selain hiburan, Wayang kancil juga media pendidikan yang menanamkan nilai-nilai moral.

Kehadiran wayang ini menjadi angin segar bagi dunia seni tradisional yang mulai kehilangan peminat, terutama di kalangan anak-anak. 

Cerita dan Nilai Edukatif 

Dilansir dari Wikipedia, lakon (tokoh) dalam Wayang Kancil mengambil inspirasi dari cerita-cerita rakyat tentang kancil, seperti kisah “Kancil Mencuri Timun”. Namun, tafsir Ki Ledjar Subroto memberikan sudut pandang berbeda. 

Kancil tidak digambarkan sebagai pencuri atau penipu, melainkan sebagai korban kerusakan hutan karena manusia. Dalam konteks ini, tindakan kancil mencuri timun adalah upaya bertahan hidup.

Tafsir semacam ini menonjolkan pesan edukatif, seperti pentingnya menjaga kelestarian alam.  

Cerita wayang juga menampilkan beragam tokoh binatang, seperti binatang buruan, binatang merayap, hingga binatang terbang. Ada pula karakter manusia seperti Pak Tani dan Bu Tani. 

Selain itu, wayang kancil membuka peluang bagi anak-anak untuk menjadi dalang cilik, memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk melestarikan seni tradisional.  

Pentas Wayang Tradisional

Pertunjukan wayangnya menggunakan perangkat tradisional seperti gamelan slendro atau pelog, kelir, gedebog, kepyak, cempala, dan lampu kelir listrik untuk pementasan malam.

Repertoar musiknya meliputi lagu-lagu seperti “Gajah Belang,” “Buta Galak,” dan “Sur-sur Kulonan” yang dipadukan dengan gamelan Jawa.

Bahasa yang digunakan dalam pementasan biasanya menyesuaikan dengan penonton. Jika penonton adalah anak-anak, dalang cenderung berbahasa Jawa Ngoko yang santai, diselingi Krama Madya dan Krama Inggil dalam adegan tertentu.

Pelestararian Seni Wayang

Hingga kini, wayang kancil masih dilestarikan dalang berdedikasi. Beberapa dalang ternama dalam seni wayang tradisional ini antara lain Ki Lagutama dari Kampung Badran Mangkubumen dan Ki Sutapradangga dari Kampung Sangkrah, Solo.  

Dengan tokoh-tokoh binatang dan cerita yang relevan dengan zaman, wayang kancil terus menjadi media efektif untuk menanamkan pesan moral dan kecintaan terhadap seni tradisional.

Inovasi yang dilakukan seniman seperti Ki Ledjar Subroto menunjukkan bahwa seni tradisional memiliki daya tarik yang dapat terus diperbarui tanpa kehilangan esensi budayanya.

You Might Also Like

Menjaga Angklung Landung Yang Redup Tetap Hidup

Mengenal Soto Kudus dan Makna Filosofinya

Krecek Rebung Lumajang Warisan Budaya Indonesia

Kesegaran Es Dawet Siwalan, Sajian Kuliner Ikonik Lamongan

Gedung Duwur Indramayu Kini Resmi Jadi Cagar Budaya

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Menelusuri Tradisi Beluluh Kutai, Warisan Budaya Penuh Makna
Next Article Merangkum Sejarah Panjang Maluku di Museum Siwalima
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?