By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Congklak, Permainan Tradisional yang Penuh Filosofi
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Congklak, Permainan Tradisional yang Penuh Filosofi
Warisan Budaya

Congklak, Permainan Tradisional yang Penuh Filosofi

Ridwan
Last updated: 13/11/2024 08:04
Ridwan
Share
3 Min Read
Foto: Wikimedia commons/Azizahsong
SHARE

Congklak merupakan permainan tradisional yang sudah berabad-abad lamanya menjadi permainan rakyat Nusantara. Sejarah menyebutkan, permainan ini masuk ke Indonesia dibawa bangsa Arab yang sedang berdagang, sekaligus berdakwah. 

Permainan adu strategi ini hanya dimainkan dua orang dengan menghadapi papan dari kayu atau plastik (di era modern), sepanjang 50 cm. Papan memiliki 14 lubang, di mana tiap pemain memiliki  7 lubang kecil berhadapan di kedua sisi, kiri dan kanan serta satu lubang besar di ujung sisi.

Setiap lubang kecil di isi masing-masing 5-7 biji-bijian atau batu kecil, sedangkan lubang besar dibiarkan kosong. Lubang besar merupakan tempat mengumpulkan biji atau batu kecil.

Permainan dimulai dengan cara pemain bergantian memindahkan biji atau batu kecil dari tiap lubang kecil searah jarum jam, hingga biji/batu semua berpindah ke lubang besar. Pemenang permainan ditentukan dengan perolahan terbanyak batu/biji yang masuk ke lubang besar.

Asal Mula Congklak

Congklak diperkirakan telah ada sejak 7000 hingga 5000 SM yang berasal dari kebudayaan kuno timur tengah. Kemudian masuk ke Afrika, dan Asia hingga ke Indonesia. 

Awalnya permainan ini menjadi ‘permainan gadis’, karena banyak dimainkan perempuan dari kalangan bangsawan. Namun, saat ini, permainan congklak bisa dimainkan siapa saja.

Dulunya di beberapa wilayah Sulawesi, permainan ini juga dianggap tabu dan hanya dimainkan di saat berkabung. Sedangkan, di masyarakat Jawa kuno, congklak digunakan sebagai media untuk menghitung musim tanam dan musim panen.

Baca juga: Engklek, Permainan Jingkat-Jingkat Warisan Leluhur

Meskipun berupa permainan, namun Congklak memiliki makna filosofi yang dalam antara lain: 

  • Memberi dan Menerima

Sesuai aturan permainan congklak yang mengisi lubang dengan biji satu persatu, maka proses ini melambangkan bagaimana manusia hidup. Hal ini bermakna bahwa hidup harus memberi dan menerima.  Selain itu juga bermakna bahwa hari yang kita jalani saat ini, akan berpengaruh terhadap hari esok atau hari selanjutnya, dan juga hari-hari orang lain.

  • Mengajarkan Nilai Sosialisasi

Permainan ini mengajarkan untuk bersosialisasi karena dimainkan secara berhadapan. Sehingga dapat menumbuhkan kedekatan fisik dan emosional terhadap lawan. 

  • Melatih Kesabaran

Congklak dimainkan secara beraturan. Setiap pemain harus menunggu gilirannya bermain dan tidak boleh asal menyerobot. Dari sinilah nilai kesabaran diuji. Terlebih lagi jika lawan berhasil menguasai permainan

  • Mengajarkan Kejujuran

Hal ini dikarenakan congklak merupakan permainan yang mudah jika hendak melakukan kecurangan. Contohnya dengan mengambil biji lawan yang bukan haknya secara diam-diam, tidak memasukkan biji di tempatnya, atau memasukkan biji lebih dari satu di lubang yang sama. Momen inilah yang menguji kemampuan pemainnya untuk tetap jujur. 

Itulah beberapa makna dari permainan congklak. Sayangnya permainan ini sudah sangat jarang dimainkan anak-anak kecil jaman sekarang. Padahal dari permainan ini dapat mengajarkan banyak nilai positif seklaigus mengasah kinerja otak anak.  (Dari Berbagai sumber)

You Might Also Like

Soto Banjar, Hidangan Gurih Dan Legndaris Khas Banjarmasin

Museum Wayang, Simpan 6.800 Koleksi Wayang Nusantara

Sagon Bu Ning, Jajanan Tradisional Legendaris Khas Wonosob

Klenteng Tek Hay Kiong, Simbol Sejarah Kerukunan

Ayam Betutu, Dari Sajian Upacara Adat ke Kuliner Rakyat

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Dayok Binatur, Kuliner Penuh Makna dari Suku Simalungun
Next Article Menelusuri Benteng Bersejarah Van der Wijck
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?