Dato Karama, yang memiliki nama asli “Syekh Abdullah Raqie”, adalah seorang ulama dari Minangkabau, Sumatera Barat yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Sulawesi Tengah, khususnya di “Tanah Kaili” atau yang dikenal sebagai “Bumi Tadulako”.
Pada abad ke-17, Dato memulai syiar Islam di wilayah ini, di mana masyarakat suku Kaili saat itu masih banyak yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Mereka meyakini adanya kekuatan gaib yang mendiami benda-benda keramat, sebuah sistem kepercayaan yang disebut “tumpuna.”
Dilansir dari palukota.go.id, dengan pendekatan yang persuasif dan penuh kearifan, Dato Karama membimbing masyarakat Kaili melalui ceramah-ceramah yang disampaikan pada upacara adat. Ia tak hanya berdakwah, tetapi juga membaur dan memahami tradisi setempat hingga dakwahnya diterima masyarakat dan tokoh-tokoh adat.
Baca juga: Wisata Religi Sis Aljufri, Mengenang Jasa Guru Tua
Wibawa dan kharismanya semakin memudahkan penyebaran ajaran Islam di masyarakat dan kerajaan di wilayah itu. Usaha keras Dato Karama akhirnya membuahkan hasil ketika “Raja Kabonena, Ipue Nyidi”, memutuskan untuk memeluk agama Islam bersama rakyatnya.
Ipue Nyidi kemudian dikenal sebagai raja pertama yang memeluk Islam di Lembah Palu, sehingga peristiwa ini menjadi titik awal penting bagi perkembangan Islam di wilayah tersebut.
Setelah wafat, ulama yang dihormati itu dimakamkan di Kampung Lere, yang kini menjadi bagian dari “Kota Palu”. Makamnya, yang dikenal sebagai “Kompleks Makam Dato Karama”, menjadi tempat yang dihormati dan dikunjungi sebagai situs bersejarah.
Di kompleks makam ini, terdapat pula makam istrinya, Intje Dille, serta dua anaknya, Intje Dongko dan Intje Saribanu, beserta makam para pengikut setianya. Total terdapat sembilan makam laki-laki dan sebelas makam perempuan. Terdapat juga dua makam tanpa identitas pada batu nisannya, yang semuanya menunjukkan dedikasi para pengikutnya yang setia mendampingi perjuangan Dato Karama dalam menyebarkan Islam.
Baca juga: Rumah Adat Banua Oge, Simbol Kejayaan Kerajaan Palu
Hingga kini, “Makam Dato Karama” menjadi bagian penting dari sejarah Islam di Sulawesi Tengah, khususnya bagi masyarakat suku Kaili. Dato Karama bukan hanya dikenang sebagai ulama yang membawa perubahan, tetapi juga sebagai tokoh yang berhasil merangkul masyarakat melalui pendekatan budaya dan adat yang harmonis.
Keberhasilannya menyebarkan Islam dengan cara damai dan persuasif menjadikan sosok Dato Karama sebagai teladan dalam sejarah dakwah di Indonesia, serta sebagai simbol penyebaran Islam di Bumi Tadulako yang tetap dikenang dan dihormati hingga saat ini. (Diolah dari berbagai sumber)