Desa Kemiren, Kecamatan Glagah Banyuwangi merupakan salah satu desa adat di Banyuwangi, Jawa Timur. Desa ini dikenal memiliki beragam adat dan seni budaya.
Memperingati Hari Jadi ke-167 Desa Kemiren, warga setempat merayakannya dengan menggelar beragam atraksi yang kental budaya Osing (penduduk asli Banyuwangi). Berbagai tradisi warisan leluhur warga desa setempat ditampilkan di depan Kantor Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, Kamis, (7/11/2024).
Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, acara diawali pawai budaya yang menampilkan kekayaan seni dan tradisi Desa Kemiren. Selamatan desa dengan menu pecel pitik, kuliner khas masyarakat Osing. Dilanjutkan hadrah dan mocopatan atau membaca Lontar Yusuf semalam suntuk.
“Di Hari Jadi tahun ini sengaja ditampilkan semua potensi dan kekayaan tradisi Kemiren. Ini sebagai upaya pelestarian budaya, sekaligus mendongkrak perekonomian warga. Dengan terus mengenalkan tradisi desa, harapannya semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke desa kami,” ujar Kepala Desa Kemiren Mohammad Arifin dilansir dari Infopublik.id.
Diketahui, Desa Wisata Adat Osing merupakan destinasi yang lengkap. Desa yang tak jauh dari pusat kota Banyuwangi ini memiliki keindahan alam, kesenian yang menawan, kebudayaan yang terus dijaga turun temurun. Desa wisata ini telah memperoleh sertifikasi sebagai Desa Wisata Berkelanjutan pada 2021 dari Kemenparekraf.
Baca juga: Tumpeng Sewu, Tradisi Makan Bersama Suku Osing Banyuwangi
Tradisi Ngopi Bareng
Datang ke desa ini, wisatawan akan disajikan dengan daya tarik wisata yang beragam seperti edukasi, kuliner dan budaya. Adanya pasar kampoeng osing, warung makan Pesantogan Kemangi dan kawasan rumah adat osing, untuk memanjakan wisatawan. Atraksi seni budaya, kentalnya adat tradisi yang hidup berdampingan, membuat pengalaman wisata yang mengesankan.
Di desa ini keberadaan Gandrung begitu melekat, karena selain maskot pariwisata dan tari selamat datang, tak lepas dari kiprah maestro Gandrung Temu yang asli Desa Kemiren. Ada juga, burdah, angklung paglak dan mocoan lontar yusup sebagai salah satu warisan budaya tak benda.
Demi memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan, Arifin pun berkomitmen terus berupaya meningkatkan infrastruktur pendukung pariwisata yang memadai. “Seperti kebutuhan toilet, akomodasi, hingga souvenir akan kami siapkan yang sesuai standar. Sehingga pengunjung merasa nyaman datang ke Kemiren,” ujarnya.
Rangkaian Hari Jadi ke-167 Desa Adat Kemiren akan ditutup dengan tradisi ngopi bareng yang dikemas dalam Festival Ngopi Sepuluh Ewu (Ngopi Sepuluh Ribu). Tradisi ngopi masyarakat Desa Kemiren ini tak sebatas menikmati seduhan biji kopi. Namun, ada pesan filosofis yang terkandung dalam tiap cangkirnya. Bersama secangkir kopi, bisa menyatukan beragam perbedaan serta merekatkan tali persaudaraan. “Ini tradisi warga desa kami untuk menjaga persaudaraan,” katanya.
Dalam festival ini, ribuan cangkir kopi dengan motif yang sama beserta jajanan khas Kemiren akan terhidang di sepanjang jalan Desa Kemiren. Kopi yang terhidang merupakan lambang sambutan hangat kepada tamu yang berkunjung. Hadir ke festival ini, pengunjung dapat menikmati minuman kopi dan jajanan tersebut secara gratis.