Hari Raya Waisak adalah salah satu momen spiritual paling penting bagi umat Buddha di seluruh dunia.
Pada tahun 2025, Waisak akan jatuh pada hari Senin, 12 Mei 2025, yang juga bertepatan dengan tahun 2569 BE dalam kalender Buddha.
Peringatan Waisak ini akan kembali digelar di Candi Borobudur, yang merupakan situs warisan dunia dan tempat sakral bagi umat Buddha di Indonesia.
Namun, bagaimana sejarah perayaan Waisak di Indonesia, dan bagaimana upacara ini berkembang sejak pertama kali dirayakan?
Baca Juga: Rangkaian Prosesi Waisak 2025 di Borobudur
Sejarah Perayaan Waisak di Indonesia
Sejarah perayaan Waisak di Indonesia dapat ditelusuri sejak awal abad ke-20.
Menurut Yulianti dalam disertasinya berjudul “The making of Buddhism in modern Indonesia: South and Southeast Asian networks and agencies, 1900-1959” (2020), perayaan Waisak pertama kali dilakukan oleh Komunitas Teosofi pada 1929 di Giri Lojo, Bandung.
Di tahun yang sama, para Teosofis Belanda merayakan Waisak di Candi Mendut untuk pertama kalinya.
Setahun kemudian, pada 1930, Candi Borobudur menjadi tempat perayaan Waisak yang pertama kali diadakan secara besar-besaran.
Namun, perayaan Waisak sempat terhenti pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia antara tahun 1945-1949, ketika banyak kegiatan sosial dan kebudayaan terganggu situasi politik yang berlangsung.
Baru pada tahun 1953, perayaan Waisak diadakan kembali, menunjukkan pentingnya tradisi ini bagi umat Buddha Indonesia.
Pemugaran Candi Borobudur dan Waisak
Pada tahun 1973, saat pemugaran besar-besaran Candi Borobudur dilakukan, perayaan Waisak sempat tidak dilaksanakan sementara waktu.
Pemugaran ini adalah langkah penting dalam upaya pelestarian candi yang telah ada sejak abad ke-9, dan perayaan Waisak pun kembali diselenggarakan begitu proses pemugaran selesai.
Pada masa Orde Baru, tepatnya melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1983, pemerintah Indonesia menetapkan Hari Raya Waisak sebagai hari libur nasional.
Selain Waisak, Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu juga ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Penetapan ini bertujuan untuk meningkatkan pengakuan dan kemantapan peribadatan bagi umat Hindu dan Buddha, serta menghormati perayaan-perayaan agama di Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Waisak di Candi Borobudur, Dari Dinasti Syailendra-Sekarang
Kegiatan dalam Upacara Waisak
Puncak perayaan Waisak di Indonesia sering kali diselenggarakan di Candi Borobudur, di mana umat Buddha berkumpul untuk menjalani rangkaian upacara ritual.
Berdasarkan informasi dari Kompas.com, berikut adalah beberapa kegiatan utama dalam upacara Waisak di Candi Borobudur:
- Pengambilan Air Berkat: Air suci diambil dari mata air Umbul Jumprit yang terletak di Kabupaten Temanggung. Air ini digunakan dalam berbagai ritual untuk memberikan berkah kepada umat Buddha.
- Penyalaan Obor Abadi: Sumber api abadi dari Mrapen, yang terletak di Kabupaten Grobogan, digunakan untuk menyalakan obor yang kemudian dibawa ke Candi Borobudur sebagai simbol pencerahan.
- Ritual Pindapatta: Dalam ritual ini, masyarakat memberikan dana dan makanan kepada para bhikkhu atau biksu. Ritual ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada umat Buddha untuk berbuat kebajikan.
- Samadhi pada Detik-Detik Puncak Bulan Purnama: Pada puncak bulan purnama, umat Buddha melakukan meditasi atau samadhi, yang menjadi momen penting dalam perayaan Waisak. Penentuan puncak bulan purnama berdasarkan perhitungan falak, yang dapat terjadi pada siang hari, memberikan momen spiritual yang mendalam bagi umat yang hadir.