Desa Sekapuk di Gresik, yang kini dikenal sebagai “Desa Miliarder”, telah menarik perhatian publik karena keberhasilannya. Desa ini, yang terletak di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pernah menyandang status desa tertinggal dan termiskin.
Namun, melalui semangat gotong royong warganya, Desa Sekapuk berhasil bangkit, bahkan di tengah masa pandemi COVID-19. Perubahan besar yang dialami desa ini tak lepas dari peran Kepala Desa Sekapuk, Abdul Halim, serta 6.000 warga yang bekerja keras bersama.
Dalam kurun waktu satu tahun, mereka bertransformasi dengan membangun desa wisata yang kini berhasil meningkatkan taraf ekonomi masyarakat setempat. Kepala desa menyebutkan, pencapaian ini tidak hanya diraih dengan mudah, melainkan melalui proses mandiri, tanpa bantuan dari pemerintah daerah maupun dana CSR perusahaan.
Baca juga:Legenda Banjarnegara, Kisah Masa Lalu dan Hari Ini
Merubah Tambang Kapur
Dana yang dibutuhkan untuk membangun desa ini berasal dari hasil swadaya warga, yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Menariknya, setiap warga desa turut dilibatkan sebagai investor dalam pembangunan desa ini, sehingga masyarakat benar-benar merasakan manfaatnya.
Kepala Desa Sekapuk mengungkapkan bahwa keberhasilan pembangunan desa berbasis wisata ini diraih dengan pendekatan “GILA”, yang merupakan singkatan dari Gagasan, Ide, Langsung, dan Aksi. Dengan menerapkan prinsip ini, perangkat desa berhasil membangun hubungan erat dengan warga dan menunjukkan hasil kerja nyata.
Salah satu destinasi wisata yang menjadi kebanggaan desa ini yaitu Selo Tirto Giri (Setigi), bekas tambang kapur yang diubah menjadi objek wisata yang memikat. Tebing-tebing tinggi bekas galian tambang, kini dihiasi ornamen pahatan indah, menciptakan suasana eksotis layaknya zaman Yunani kuno. Tempat ini menawarkan berbagai daya tarik yakni patung, jembatan megah, rumah tradisional, hingga wahana wisata air.
Baca juga: Sejarah di Balik Patung Ikonik Hiu dan Buaya di Surabaya
Ekonomi Meningkat
Kesuksesan Selo Tirto Giri turut berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes) Sekapuk. Pada 2018, PADes mencapai Rp575,7 juta, meningkat menjadi Rp929 juta pada 2019, dan terus melonjak hingga mencapai Rp1,4 miliar pada Oktober 2020. T
ak hanya dari pariwisata, BUMDes Desa Sekapuk juga mengelola usaha lainnya seperti PDAM, pengolahan sampah, dan tambang kapur, yang pada 2020 menghasilkan laba bersih hingga Rp7 miliar. Peningkatan ekonomi ini berdampak langsung pada kesejahteraan warga.
Selama tiga tahun terakhir, Desa Sekapuk berhasil menciptakan lapangan pekerjaan bagi 899 kepala keluarga, sehingga tingkat pengangguran hampir tidak ada lagi. Pendapatan warga yang sebelumnya hanya sekitar Rp400 ribu per bulan, kini telah meningkat menjadi Rp6-7 juta per bulan.
Berkat berbagai pencapaian itu, Desa Sekapuk mendapat pengakuan nasional. Pada 2020, desa ini menerima penghargaan sebagai “Desa Brilian Terbaik se-Indonesia” dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, dan Kementerian BUMN, berkat pengelolaan desa dan BUMDes yang sukses dalam memajukan ekonomi lokal. ( Sumber: kemenparekraf.go.id)