By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Dewi Sartika Pelopor Pendidikan Perempuan di Tanah Sunda
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Dewi Sartika Pelopor Pendidikan Perempuan di Tanah Sunda
Profil

Dewi Sartika Pelopor Pendidikan Perempuan di Tanah Sunda

Achmad Aristyan
Last updated: 13/12/2024 06:51
Achmad Aristyan
Share
Pahlawan Nasional Dewi Sartika
Pahlawan Nasional Dewi Sartika (Kiri-Foto Wikipedia) dan Sakola Kautamaan Istri, sekolah perempuan pertama di Bandung gagasan Dewi Sartika. (dok. Pemkot Bandung)
SHARE

Raden Dewi Sartika lahir 4 Desember 1884 di Cicalengka, Jawa Barat. Ia adalah putri Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Dari usia muda, Dewi telah menunjukkan kecerdasannya.

Setelah menempuh pendidikan di Cicalengka, ia sering mengajak anak-anak gadis di sekitar rumahnya untuk bermain “sekolah-sekolahan,” menandakan minat awalnya dalam pendidikan.  

Namun, perjalanan hidup Dewi berubah setelah ayahnya meninggal dunia. Ibunya membawa Dewi ke Bandung, di mana ia mulai serius memikirkan cita-citanya untuk mendirikan sekolah khusus bagi anak-anak perempuan.

Melansir dari budaya.jogjaprov.go.id, idenya itu tidak mendapat dukungan penuh dari lingkungan terdekatnya. Namun, Dewi mendapatkan dorongan dari kakeknya, R.A.A. Martanegara, Bupati Bandung, dan Den Hamer, Inspektur Kantor Pengajaran. Dengan dukungan itu, Dewi membuka sekolah yang ia impikan, bernama “Sekolah Isteri.”  6 Januari 1904.

Perjuangan dalam Pendidikan  

Pada awalnya, “Sekolah Isteri” hanya memiliki fasilitas sederhana, dengan salah satu ruang kantor kabupaten dijadikan kelas. Dewi Sartika mengajarkan membaca, menulis, berhitung, dan agama, dibantu Purmo dan Uwit. 

Sekolah ini kemudian mendapat perhatian luas, dan jumlah murid terus bertambah. Pada 1908, Dewi menikah dengan Raden Kanduran Agah Suriawinata, seorang guru yang mendukung penuh perjuangannya di bidang pendidikan.  

Pada 1910, sekolah ini berganti nama menjadi “Sekolah Keutamaan Isteri” dan menambahkan pelajaran keterampilan seperti memasak, menyeterika, mencuci, dan membatik.

Dewi bersama suaminya menghadapi tantangan keuangan, namun pemerintah memberikan subsidi untuk membantu operasional sekolah. Pada 1911, sekolah ini diperluas dua bagian, dengan bahasa pengantar Sunda, Belanda, dan Melayu.  

Masa Sulit 

Dewi Sartika terus mengembangkan sekolahnya meskipun menghadapi tantangan besar, termasuk dampak Perang Dunia I yang menyebabkan kenaikan harga kebutuhan sekolah. Perjuangan keras Dewi dan suaminya membuahkan hasil, dan pada 1939, sekolah ini merayakan ulang tahun ke-35 dengan dukungan luas dari masyarakat dan pemerintah. 

Namun, tahun 1939 juga membawa duka mendalam bagi Dewi karena suaminya meninggal dunia. Pada masa penjajahan Jepang dan pasca-kemerdekaan, sekolah yang dirintis Dewi mengalami banyak kesulitan, termasuk kekurangan dana dan peralatan. 

Situasi di Bandung yang tidak stabil memaksa Dewi mengungsi ke berbagai daerah hingga ke CineaK, di mana ia akhirnya jatuh sakit dan meninggal dunia pada 11 September 1947.  

Pahlawan Nasional

Dewi Sartika dimakamkan di pemakaman Cigagadon, Desa Rahayu Kecamatan Cineam, Tasikmalaya, Jawa Barat. Tahun 1950, dimakamkan kembali di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Bandung.

Pemerintah Indonesia menghargai jasa-jasanya dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada 1966 melalui Keputusan Presiden RI No. 252 Tahun 1966.  

Raden Dewi Sartika tidak hanya mewariskan sebuah institusi pendidikan, tetapi juga semangat perjuangan untuk kesetaraan pendidikan bagi perempuan. Namanya dikenang sebagai pelopor pendidikan perempuan di Jawa Barat, yang visinya tetap relevan hingga kini.  (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Bagong Kussudiardja, Sang Legenda Seni Serba Bisa

Perjalanan Sandi, Pengrajin Topeng Lengger Wonosobo

Cerutu Swating, Inovasi Berkelas dari Tembakau Khas Tieng

Jaja Miharda, Tak Berhenti Berkarya

Andrea Hirata, Sosok Sentral di Balik Novel Laskar Pelangi

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Air Terjun Pulau Mursala Detinasi Wisata Tersembunyi di Tapanuli
Next Article Tari Batik Pace dari Pacitan, Kisah Buah Pace dalam Gerakan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Kota Tua Padang
Kawasan Kota Tua Padang Direvitalisasi, Siap Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia
Berita 22/05/2025
Talang Londo
Talang Londo: Wisata Sejarah Bernuansa Belanda di Magelang
Pariwisata 22/05/2025
wamenpar
Wamenpar Tegaskan Pungli Tak Boleh Terjadi di Destinasi Wisata
Berita 22/05/2025
Sistem Penerimaan Murid Baru
Kemendikdasmen Resmi Terapkan Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk Tahun Ajaran 2025/2026
Berita 22/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?