Dimba Nggowuna, alat musik tradisional dari Sulawesi Tenggara dan terbuat dari bambu juga rotan. Disebut juga dengan gendang bambu, alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul.
Alat musik ini diyakini sudah ada sejak zaman Neolitikum, dengan ukurannya yang berkisar 40 – 45 cm. Dimba Nggowana merupakan perwujudan dari seni musik leluhur yang mempunyai bunyi khas dari setiap petikannya.
Penghormatan Terhadap Alam
Pada zaman dahulu, Dimba Nggowuna dimainkan para kaum wanita saat mereka bekerja menenun kain. Tujuannya sebagai sarana hiburan agar tidak terlalu jenuh.
Alat musik ini tidak hanya menjadi simbol seni tradisional, tetapi juga menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Dimba Nggowuna terbuat dari bambu sebagai bahan utamanya.
Bambu berkaitan dengan konsep kesederhanaan dan penghormatan terhadap alam. Bambu, juga mencerminkan keluwesan dan ketahanan yang menjadi nilai penting kehidupan masyarakat lokal.
Baca juga: Alunan Musik Rindik Bali Lebih dari Suara Alat Musik
Harus Dilestarikan
Cara memainkan Dimba Nggowuna cukup sederhana, namun membutuhkan keahlian khusus untuk menghasilkan irama yang harmonis. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul telapak tangan.
Petikan pada hilis bambu akan menghasilkan resonansi bunyi. Bunyinya tergantung pada ritme dan suara yang diinginkan serta diolah dengan telapak tangan kiri yang berfungsi mengatur besar kecilnya suara yang keluar pada liang bambu.
Gendang Bambu ini menjadi bagian dari pertunjukan seni tradisional yang menghibur masyarakat. Sayangnya, alat musik tradisional ini hampir punah. Pasalnya, kebudayaan modern perlahan menggerus kebudayaan dan kearifan lokal.
Dimba Nggowuna atau gendang bambu adalah salah satu warisan budaya yang berharga dari Sulawesi Tenggara. Alat musik ini tidak hanya menjadi sarana ekspresi seni, tetapi juga simbol identitas dan kearifan lokal masyarakat Tolaki. (Dari berbagai sumber)