Kota Salatiga, Jawa Tengah dikenal sebagai kota yang multikultural. Keberagaman budaya dan pengaruh bangsa asing turut membentuk identitas Salatiga, termasuk dalam hal kuliner.
Salah satu kuliner legendaris yang lahir dari perpaduan budaya ini adalah Enting-Enting Gepuk. Nama “gepuk” berasal dari proses pembuatannya, di mana bahan-bahan ditumbuk hingga halus dan tercampur rata.
Enting-enting Gepuk terbuat dari kacang tanah, gula pasir, air, dan vanili, dengan bentuk prisma segitiga sama kaki yang dibungkus kertas, menjadi ciri khasnya.
Awal Kehadiran Enting-Enting Gepuk
Dilansir dari gastronomy.salatiga.go.id, kemunculan Enting-enting gepuk berawal dari adanya migrasi masyarakat Tionghoa dari wilayah pesisir ke pedalaman Jawa. Hal ini membawa dampak signifikan pada perkembangan budaya dan ekonomi Salatiga.
Salah satu peninggalan penting dari komunitas ini adalah Klenteng Hok Tiek Bio, tempat ibadah yang dibangun tahun 1872. Pada tahun 1929, seorang penjaga klenteng bernama Khoe Tjong Hook, memperkenalkan kudapan manis bernama Enting-Enting Gepuk.
Awalnya, makanan ini dibuat untuk menambah pemasukan Khoe sebagai penjaga klenteng. Makanan ini hanya disajikan kepada tamu-tamu yang datang bersembahyang. Kudapan ini terdiri dari kacang tanah yang dihancurkan, dicampur dengan karamel gula, dan dibentuk menjadi segitiga kecil.
Baca juga: Gethuk Kethek, Jajanan Legendaris Salatiga
Perkembangan Produksi dan Popularitas
Seiring waktu, Enting-Enting Gepuk mendapat sambutan hangat, bahkan digemari warga Eropa yang tinggal di Salatiga pada masa itu. Pada tahun 1930-an, produksi Enting-Enting Gepuk meningkat dan mulai dijual secara umum.
Pada masa awal, kemasan enting-enting menggunakan daun bambu kering karena kertas masih sulit ditemukan. Namun, sejak tahun 1965, kemasan telah beralih menggunakan kertas, meskipun bentuk segitiga khasnya tetap dipertahankan.
Untuk memperkuat identitas produk, nama dagang “Enting-Enting Gepuk Cap Klenteng & 2 Hoolo” digunakan. Nama ini merujuk pada Klenteng Hok Tiek Bio yang memiliki ornamen khas berupa dua hoolo di bagian depan.
Proses Pembuatan Enting-Enting Gepuk
Proses pembuatan Enting-Enting Gepuk dimulai dengan memilih kacang tanah berkualitas tinggi, diikuti pengayakan untuk memisahkan kulit ari, dan penyangraian untuk mengurangi kadar minyak.
Setelah itu, kacang dibagi menjadi bagian untuk kulit enting-enting dan lainnya untuk isian. Di sisi lain, adonan gula karamel yang telah dimasak dicampur dengan kacang yang sudah disangrai, lalu didinginkan sebelum digepuk.
Penggepukan dilakukan menggunakan alat kayu sawo berbentuk silinder, yang memerlukan keahlian agar tekstur enting-enting tetap sempurna. Setelah dicetak menjadi segitiga, enting-enting dikemas secara manual, memberikan tampilan khas yang mudah dikenali.
Warisan Kuliner Legendaris
Selama hampir 100 tahun, Enting-Enting Gepuk Cap Klenteng & 2 Hoolo telah menjadi ikon kuliner Salatiga. Usaha ini kini diteruskan generasi ketiga keluarga Khoe Tjong Hook.
Meski banyak produk serupa, cita rasa khas dari enting-enting ini tidak dapat ditiru pesaingnya.
Enting-Enting Gepuk memiliki daya simpannya yang lama, menjadikannya pilihan populer sebagai oleh-oleh khas Salatiga. Dengan pengemasan yang modern dan aman, makanan ringan ini terus diminati masyarakat lokal maupun wisatawan yang berkunjung ke kota Salatiga.
Enting-Enting Gepuk bukan sekadar makanan, melainkan sebuah simbol perjalanan sejarah dan akulturasi budaya. Keberadaannya menjadi bukti bahwa warisan kuliner dapat menjadi bagian penting dari identitas sebuah daerah.