Perpustakaan Fadli Zon, yang dikenal sebagai Fadli Zon Library, merupakan perpustakaan pribadi milik Fadli Zon, seorang budayawan sekaligus politisi asal Indonesia. Didirikan sejak 2008, perpustakaan ini menyimpan lebih dari 50.000 buku, serta berbagai koleksi lainnya seperti naskah kuno, prangko, piringan hitam, keris, dan koran-koran dari masa lalu. Selain itu, terdapat koleksi senjata tradisional seperti keris, tombak, pedang, serta berbagai artefak budaya lainnya dari kerajaan-kerajaan Nusantara, perangko, koin kuno, patung, dan lukisan dari para maestro seni Indonesia.
Beberapa koleksi unik lainnya meliputi piringan hitam karya musisi Indonesia, rokok-rokok yang diproduksi di dalam negeri, kain tradisional dari berbagai daerah, dan kacamata milik tokoh-tokoh penting. Bagi Fadli Zon, buku adalah pintu menuju dunia yang melintasi waktu dan generasi, menjadi saksi sejarah yang abadi. Atas kecintaannya pada buku, ia mendirikan perpustakaan ini sebagai upaya untuk berbagi ilmu dan pengetahuan kepada masyarakat.
Fadli Zon menuturkan bahwa keinginannya adalah membangun “oase intelektual,” tempat di mana masyarakat dapat belajar dan memperkaya pengetahuan mereka. Ia berharap perpustakaan ini dapat menginspirasi orang-orang yang memiliki kapasitas lebih besar darinya untuk turut membangun pusat-pusat intelektual yang bermanfaat bagi bangsa. Perpustakaan ini berlokasi di Jalan Danau Limboto C2/96, Pejompongan, Jakarta Pusat.
Perpustakaan ini terdiri dari tiga lantai, di mana lantai pertama berfungsi sebagai ruang kerja pribadi Fadli Zon dan stafnya, sementara lantai dua dan tiga berisi koleksi buku, tosan aji, piringan hitam, prangko, serta ruang diskusi. Setiap lantai dihiasi dengan karya seni berupa patung dan lukisan dari berbagai seniman terkemuka Indonesia.
Koleksi buku di perpustakaan ini mencakup beberapa karya langka, seperti “Amboinsch Kruid-Boek” terbitan tahun 1747 oleh Georgius Everhardus Rumphius dan “Mekka” terbitan tahun 1889 karya Dr. C. Snouck Hurgonje. Selain itu, perpustakaan ini juga menyimpan banyak buku-buku terbitan abad ke-19 yang sulit ditemukan, termasuk buku-buku yang ditandatangani oleh penulisnya. Masyarakat dapat mengunjungi perpustakaan ini untuk membaca koleksi bukunya, meskipun tidak diperkenankan meminjam dan membawa pulang buku tersebut.
Di antara koleksi lainnya, perpustakaan ini memiliki lebih dari seratus naskah kuno, termasuk “Serat Cebolek” dan “Serat Centhini”, serta berbagai koran lama seperti “Selompret Melajoe” (1862), “Sinpo” (1922-1960), dan banyak lagi. Selain itu, koleksi perangko dan uang logam dari berbagai era juga menjadi bagian dari kekayaan perpustakaan ini.
Perpustakaan Fadli Zon juga memiliki koleksi kacamata yang pernah dimiliki oleh tokoh-tokoh penting seperti Bung Hatta dan Rosihan Anwar, serta lukisan karya maestro seperti Dullah dan Henk Ngantung. Koleksi patungnya mencapai sekitar 300 patung, sementara koleksi tosan aji meliputi keris, tombak, dan pisau dari berbagai zaman, termasuk keris-keris bersejarah dari masa Majapahit dan Bugis.
Koleksi piringan hitam mencapai lebih dari 1.500, mulai dari penyanyi Indonesia seperti Miss Riboet hingga musisi internasional seperti Pat Boone. Perpustakaan ini juga memiliki koleksi rokok dari berbagai daerah di Indonesia, yang sebagian besar masih berada dalam kemasannya.
Selain sebagai tempat penyimpanan koleksi, perpustakaan ini juga menjadi tuan rumah bagi berbagai diskusi intelektual yang membahas isu-isu sosial, politik, dan ekonomi. Secara berkala, Fadli Zon Library juga menerbitkan buku-buku berkualitas yang bertujuan untuk menyebarkan pengetahuan kepada masyarakat luas.
Perpustakaan ini telah menerima berbagai penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI), termasuk untuk kategori koleksi keris, koran tua, piringan hitam, dan mata uang logam terbanyak.
Perpustakaan Fadli Zon buka pada hari Senin hingga Jumat, mulai pukul 09.00 hingga 15.00 WIB, sementara pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional, perpustakaan ini tutup. (Achmad Aristyan – Sumber: Wikipedia dan fadlizonlibrary.com)