By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Ginggung Madura, Alat Musik Tiup Yang Nyaris Redup
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Ginggung Madura, Alat Musik Tiup Yang Nyaris Redup
Warisan Budaya

Ginggung Madura, Alat Musik Tiup Yang Nyaris Redup

Achmad Aristyan
Last updated: 24/11/2024 14:36
Achmad Aristyan
Share
Ilustrasi seorang pria memainkan alat musik Ginggung yang merupakan instrumen musik tradisional khas Madura. Ilustrasi: bpad.jogjaprov.go.id
SHARE

Di tengah perkembangan musik modern, ada satu warisan budaya yang mulai terlupakan, yaitu “ginggung”, musik tiup tradisional dari Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. 

Dilansir dari laman lontarmadura.com, Ging-gung, yang juga dikenal sebagai “din-ding” atau “ren-ding” di wilayah-wilayah Madura lainnya, seperti Sampang dan Pamekasan, adalah alat musik sederhana yang menghasilkan irama dan bunyi unik melalui tiupan dan hisapan mulut serta permainan jari-jari tangan pemainnya. 

Instrumen ini, meski sederhana, menyimpan keunikan tersendiri karena menawarkan keindahan suara alami yang khas. Menurut cerita masyarakat setempat, permainan “ging-gung” sudah ada sejak dahulu kala, terutama di wilayah Kecamatan Sepulu, Bangkalan.

Baca juga: Karapan Sapi, Merawat Seni Tradisi Asli Madura

Musik ini diyakini berasal dari aktivitas para penggembala ternak atau penjaga ladang yang menciptakan bunyi-bunyian dari alat sederhana sebagai pengisi waktu luang. Pada awalnya, para penggembala membuat “sawangan”, yaitu irisan bambu pada layangan besar yang berbunyi saat terkena angin, menimbulkan suara “wang-uweng”.

Inovasi sederhana ini kemudian berkembang menjadi “ging-gung”, instrumen tiup yang menghasilkan berbagai bunyi dan nada. Ging-gung terbuat dari bambu tipis dengan panjang sekitar 30-35 cm dan lebar 2-3 cm, yang memiliki tali dan lidi pada ujungnya. 

Tali ini dipegang di ujungnya dan ditarik-tarik, menciptakan getaran yang menghasilkan bunyi. Irama dan nada terbentuk melalui kombinasi tarikan tali dan kontrol rongga mulut. Ini membutuhkan keterampilan dan kekuatan pernapasan yang baik karena pemain harus mengendalikan nada dengan tepat. 

Hiburan Rakyat

Meski awalnya dimainkan untuk hiburan pribadi, “ging-gung” lama-kelamaan dimainkan bersama, biasanya oleh tiga hingga empat orang. Dalam formasi kecil, instrumen ini dapat menghasilkan harmonisasi nada yang indah, memberikan pengalaman musikal yang unik bagi pemain dan pendengar. Permainan “ging-gung” umumnya dimainkan di ladang, saat menggembala, atau sebagai hiburan di rumah. 

Di beberapa kesempatan, instrumen ini dimainkan pada acara-acara penting, seperti perayaan pernikahan atau khitanan, dan pemain yang diundang biasanya adalah mereka yang sudah mahir. 

Dalam acara-acara tersebut, para pemain kadang menerima “salam tempel” sebagai tanda apresiasi dari tuan rumah. Hingga kini, “ging-gung” tetap dipertahankan oleh para pemain senior sebagai simbol hiburan rakyat yang sederhana. Sayangnya, generasi muda di Madura mulai kehilangan minat terhadap “ging-gung”, tergantikan instrumen musik modern yang lebih populer. 

Untuk itu, upaya pelestarian diperlukan agar kesenian ini tidak hilang ditelan zaman. Dengan dukungan pemerintah daerah dan komunitas, diharapkan musik tradisional “ging-gung” dapat terus dimainkan dan dikenalkan kepada generasi muda melalui festival budaya atau kegiatan edukasi di sekolah.

Ging-gung bukan sekadar musik tiup biasa, tetapi warisan budaya yang mencerminkan kreativitas dan kearifan lokal Madura dalam menghasilkan harmoni dari alat yang sederhana.

You Might Also Like

Perpres Baru, Kebudayaan Penggerak Pembangunan 2025-2045

Candi Banyunibo Sleman, Sebatang Kara di Tengah Persawahan

Lagu Banjar Yang Masih Terus Bersinar Di Kalsel

Lenong Betawi, Seni Pertunjukan Teater Penuh Makna

Kopi Bulan Madu Bondowoso, Rahasia Penambah Stamina Alami

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Legenda Arya Panoleh di Balik Kelezatan Sate Ayam Madura
Next Article Air Terjun Toroan Madura, Keajaiban Alam di Tepi Lautan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Tradisi Motong Kebo Andil
Tradisi Motong Kebo Andil, Warisan Budaya Depok yang Terus Lestari
Event 17/05/2025
lebaran depok 2025
Lebaran Depok 2025, Ajang Pelestarian Tradisi dan Budaya
Event 17/05/2025
Gawe Dayak Naik Dango
Gawe Dayak Naik Dango XXV, Tradisi Syukuran Panen Kota Singkawang
Event 17/05/2025
Geopark Kaldera Toba
Kemenpar Tindaklanjuti Peringatan “Yellow Card” UNESCO untuk Geopark Kaldera Toba
Berita 17/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?