Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) “Immanuel” Probolinggo, yang lebih dikenal dengan sebutan Gereja Merah, menjadi salah satu ikon bersejarah di Kota Probolinggo, Jawa Timur.
Bangunan ini berada di Jalan Suroyo 32, gereja ini tidak hanya melayani fungsi religius tetapi juga menjadi cagar budaya dan daya tarik wisata yang memikat banyak pengunjung.
Sistem Knock Down
Melansir dari Wikipedia, gereja ini didirikan tahun 1862. Gereja Merah memiliki gaya arsitektur gothic yang khas dengan struktur bangunan yang seluruhnya terbuat dari baja. Keunikan lainnya adalah metode pembangunannya yang menggunakan sistem “knock down”.
Seluruh komponen gereja ini diproduksi di Belanda, kemudian diangkut melalui jalur laut menuju Pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo, dan dirakit kembali di lokasi. Sistem ini memberikan sentuhan khas pada bangunan yang terlihat megah dan kokoh hingga saat ini.
Hingga kini, Gereja Merah yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya dan dikelola pemerintah kota setempat ini tetap aktif digunakan sebagai tempat ibadah. Ibadah rutin digelar setiap Minggu pagi.
Namun, dalam perjalanannya, gereja ini pernah mengalami masa kelam ketika pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945, bangunan ini sempat dialihfungsikan menjadi gudang senjata.
Warna Filosofis
Seorang saksi sejarah, Cornelis Kippuw, yang kisahnya diceritakan putranya Huibert Esser Kippuw, mengungkapkan bahwa pendeta jemaat pertama yang diingat adalah Pdt. Deutz, seorang pendeta berkebangsaan Belanda.
Fakta menarik lainnya, Gereja Merah Probolinggo memiliki kemiripan dengan satu bangunan lain di dunia, yakni sebuah gereja di Den Haag, Belanda.
Namun, hanya Gereja Merah di Probolinggo yang tetap berfungsi sebagai gereja aktif. Bangunan serupa di Belanda telah beralih fungsi menjadi sebuah bar.
Warna merah mencolok yang mendominasi eksterior gereja bukanlah sekadar pilihan estetika. Bagi jemaat, warna ini menyimpan makna filosofis yang mendalam, melambangkan darah Kristus yang tertumpah untuk menyelamatkan dosa-dosa umat manusia.
Simbolisme ini menegaskan peran penting gereja tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pengingat akan pengorbanan dan kasih yang suci.
Simbol Persatuan
Selain fungsinya sebagai tempat ibadah, Gereja Merah menjadi salah satu destinasi wisata religi di Kota Probolinggo. Turis dari berbagai daerah sering mengunjungi gereja ini untuk melihat arsitekturnya yang memikat serta merasakan atmosfer sejarah yang kental.
Popularitasnya sebagai tempat berfoto juga meningkat, terutama untuk sesi pre-wedding, di mana calon pengantin memanfaatkan latar gereja yang unik dan bersejarah ini sebagai elemen pemanis dalam dokumentasi momen spesial mereka.
GPIB Immanuel Probolinggo berdiri sebagai simbol persatuan antara warisan budaya Eropa dan kekayaan sejarah lokal. Keberadaannya hingga kini menjadi saksi bisu perjalanan waktu, menjaga keaslian cerita dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sambil terus menjadi bagian penting dari identitas Kota Probolinggo. (Dari berbagai sumber)