By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Gunung Maruyung, Kisah Putri Maharani dan Pangeran Ruyung
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Cerita Rakyat > Gunung Maruyung, Kisah Putri Maharani dan Pangeran Ruyung
Cerita Rakyat

Gunung Maruyung, Kisah Putri Maharani dan Pangeran Ruyung

Achmad Aristyan
Last updated: 28/11/2024 02:30
Achmad Aristyan
Share
Illustrasi Lembah Maruyung di Gunung Maruyung, Cilacap. Foto: Tangkapan layar Youtube Muspik AMR
SHARE

Di Karangsari, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terdapat Gunung Maruyung yang dianggap memiliki sejarah. Gunung ini dianggap  tempat yang disakralkan banyak orang di Cimanggu, Karangpucung, dan Majenang, terutama etnis Sunda.

Dilansir dari buku Cerita Rakyat Jawa Tengah: Kabupaten Cilacap (2017), Gunung Maruyung merupakan tempat pertemuan pertama para ratu dan wali dari pulau Jawa sebelum mereka memimpin wilayah masing-masing.

Konon, pada zaman dahulu, ada sebuah negeri yang disebut Negeri Atas Angin yang terletak di atas awan, dipimpin seorang raja yang memiliki seorang putri bernama Putri Maharani. Kecantikan Putri Maharani sangat terkenal hingga dipuja para dewa. 

Putri Maharani memiliki tugas mengatur curah hujan yang bermanfaat bagi bumi. Namun, suatu hari, ia melakukan kesalahan besar yang menyebabkan bencana bagi penduduk bumi.

Karena kesalahannya itu, ayahnya, sang raja, mengutuk Putri Maharani menjadi nenek tua b dan mengirimkannya ke bumi sebagai hukuman agar bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Putri Maharani merasa sangat menyesal dan menangis meratapi nasibnya. Wajah cantiknya berubah menjadi penuh keriput. Ia jatuh ke bumi dan mendarat di pinggir hutan yang gelap. 

Setelah berjalan cukup jauh, ia menemukan sebuah tempat di dekat sungai dan memutuskan untuk tinggal di sana, mengubah namanya menjadi Mak Romlah.

Baca juga: Legenda Pangeran Sambernyawa dan Histori Wonogiri

Di sisi lain, di puncak Gunung Bureng, terdapat Kerajaan Bureng yang didera kelaparan akibat perebutan tahta setelah raja mereka meninggal dunia. Pangeran Ruyung, putra mahkota Kerajaan Bureng, hidup dalam persembunyian karena takut dibunuh sepupunya, Pangeran Bedul, yang sangat ingin merebut tahta kerajaan. 

Pangeran Bedul akhirnya menemukan Pangeran Ruyung yang sedang bersembunyi di dalam gua. Terjadilah perkelahian sengit di antara mereka, yang kebetulan disaksikan Mak Romlah. Perkelahian itu sangat keras dan berlangsung lama, namun akhirnya Pangeran Bedul berhasil mengalahkan Pangeran Ruyung yang terluka parah. 

Ketika Pangeran Ruyung meminta tolong, Mak Romlah kemudian membawanya ke gubuknya. Ia merawat luka-luka Pangeran Ruyung hingga sembuh. Setelah sembuh, Pangeran Ruyung sangat berterima kasih kepada Mak Romlah atas pertolongannya, yang telah menyelamatkannya. 

Mak Romlah, yang sedang merawatnya, tiba-tiba berubah menjadi Putri Maharani, dengan kecantikan yang luar biasa. Pangeran Ruyung pun terkejut dan bertanya-tanya apakah ia sedang bermimpi. Namun, Putri Maharani menjelaskan bahwa dirinya adalah Maharani, putri dari Negeri Atas Angin yang dahulu dikutuk ayahnya karena kesalahannya.

Pangeran Ruyung sangat terpesona dengan kecantikan Putri Maharani dan merasa terharu dengan kebaikan Mak Romlah, yang tanpa mengenalnya, telah merawatnya dengan penuh kasih sayang. Karena kebaikannya, Pangeran Ruyung melamar Putri Maharani dan mereka menikah. 

Baca juga: Kisah Penari Ronggeng Pantura Menjelma Jadi Buaya

Mereka tinggal bersama di gubuk yang sudah diperbaiki dan dikaruniai dua anak kembar, Andana dan Andini, serta dua hewan peliharaan, seekor macan jantan dan betina. Suatu malam, Putri Maharani memberikan pesan kepada anak-anaknya, Andana dan Andini, agar membantu ayah mereka merebut tahta Kerajaan Bureng yang telah dirampas Pangeran Bedul. 

Putri Maharani meminta Andana untuk pergi ke barat lereng Gunung Bureng dan menghancurkan sebuah batu besar dekat pohon kawung, serta menyuruh Andini untuk pergi ke timur dan menggeser batu besar yang menutupi lubang. Kepada suaminya, Putri Maharani meminta agar membawa pisau untuk membuka jalan ke lereng Gunung Bureng, sementara dirinya akan membersihkan jalan itu.

Anak-anaknya kemudian memberi hormat dan berangkat menunggang macan. Andana berhasil menghancurkan batu besar, sementara Andini berhasil menyingkirkan batu yang menutupi lubang. Dari lubang itu, air mengalir deras, dan Andini segera lari ke barat, bertemu dengan Andana.

Pada saat yang sama, Putri Maharani dan suaminya bekerja untuk membuka jalan menuju puncak Gunung Bureng. Beberapa bulan setelah persiapan matang, peperangan antara Pangeran Ruyung dan Raja Bedul pun terjadi. 

Pangeran Ruyung berhasil mengalahkan Raja Bedul yang hanyut terbawa air sungai di timur. Pangeran Ruyung pun dinobatkan sebagai Raja Bureng, dan Putri Maharani menjadi permaisuri. Anak mereka, Andana, diangkat putra mahkota, sementara Andini membantu kakaknya mengatur kerajaan.

Untuk mengenang perjuangan mereka, nama Kerajaan Bureng diganti menjadi Maruyung, yang berasal dari nama Putri Maharani dan Pangeran Ruyung. Kerajaan Maruyung terletak di daerah yang tinggi, di antara dua sungai. 

Sungai di sebelah barat lereng Gunung Maruyung disebut Sungai Cikawung, yang berasal dari air di bawah pohon kawung, sedangkan sungai di sebelah timur disebut Sungai Cikendang, yang diambil dari kata “kondang” yang berarti hanyut, karena itulah tempat Raja Bedul jatuh. Kedua sungai ini jika digambarkan dalam peta akan membentuk gambar macan. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Kisah Nyi Widuri, Asal Usul Pantai yang Menyimpan Kenangan

Legenda Ular Ndaung, Cerita Rakyat Bengkulu

Legenda Banjarnegara, Kisah Masa Lalu dan Hari Ini

Legenda Putri Luh Candrasari, Kisah Cinta dari Pulau Dewata

Bukit Selero, Legenda Pengorbanan Ibu di Sumatera Selatan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Suku Baduy Menelusuri Asal-Usul Sejarah Suku Baduy Di Banten
Next Article Menyaksikan Pesona Tiga Warna Telaga Biru Cigaru
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?