Di Karangsari, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terdapat Gunung Maruyung yang dianggap memiliki sejarah. Gunung ini dianggap tempat yang disakralkan banyak orang di Cimanggu, Karangpucung, dan Majenang, terutama etnis Sunda.
Dilansir dari buku Cerita Rakyat Jawa Tengah: Kabupaten Cilacap (2017), Gunung Maruyung merupakan tempat pertemuan pertama para ratu dan wali dari pulau Jawa sebelum mereka memimpin wilayah masing-masing.
Konon, pada zaman dahulu, ada sebuah negeri yang disebut Negeri Atas Angin yang terletak di atas awan, dipimpin seorang raja yang memiliki seorang putri bernama Putri Maharani. Kecantikan Putri Maharani sangat terkenal hingga dipuja para dewa.
Putri Maharani memiliki tugas mengatur curah hujan yang bermanfaat bagi bumi. Namun, suatu hari, ia melakukan kesalahan besar yang menyebabkan bencana bagi penduduk bumi.
Karena kesalahannya itu, ayahnya, sang raja, mengutuk Putri Maharani menjadi nenek tua b dan mengirimkannya ke bumi sebagai hukuman agar bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Putri Maharani merasa sangat menyesal dan menangis meratapi nasibnya. Wajah cantiknya berubah menjadi penuh keriput. Ia jatuh ke bumi dan mendarat di pinggir hutan yang gelap.
Setelah berjalan cukup jauh, ia menemukan sebuah tempat di dekat sungai dan memutuskan untuk tinggal di sana, mengubah namanya menjadi Mak Romlah.
Baca juga: Legenda Pangeran Sambernyawa dan Histori Wonogiri
Di sisi lain, di puncak Gunung Bureng, terdapat Kerajaan Bureng yang didera kelaparan akibat perebutan tahta setelah raja mereka meninggal dunia. Pangeran Ruyung, putra mahkota Kerajaan Bureng, hidup dalam persembunyian karena takut dibunuh sepupunya, Pangeran Bedul, yang sangat ingin merebut tahta kerajaan.
Pangeran Bedul akhirnya menemukan Pangeran Ruyung yang sedang bersembunyi di dalam gua. Terjadilah perkelahian sengit di antara mereka, yang kebetulan disaksikan Mak Romlah. Perkelahian itu sangat keras dan berlangsung lama, namun akhirnya Pangeran Bedul berhasil mengalahkan Pangeran Ruyung yang terluka parah.
Ketika Pangeran Ruyung meminta tolong, Mak Romlah kemudian membawanya ke gubuknya. Ia merawat luka-luka Pangeran Ruyung hingga sembuh. Setelah sembuh, Pangeran Ruyung sangat berterima kasih kepada Mak Romlah atas pertolongannya, yang telah menyelamatkannya.
Mak Romlah, yang sedang merawatnya, tiba-tiba berubah menjadi Putri Maharani, dengan kecantikan yang luar biasa. Pangeran Ruyung pun terkejut dan bertanya-tanya apakah ia sedang bermimpi. Namun, Putri Maharani menjelaskan bahwa dirinya adalah Maharani, putri dari Negeri Atas Angin yang dahulu dikutuk ayahnya karena kesalahannya.
Pangeran Ruyung sangat terpesona dengan kecantikan Putri Maharani dan merasa terharu dengan kebaikan Mak Romlah, yang tanpa mengenalnya, telah merawatnya dengan penuh kasih sayang. Karena kebaikannya, Pangeran Ruyung melamar Putri Maharani dan mereka menikah.
Baca juga: Kisah Penari Ronggeng Pantura Menjelma Jadi Buaya
Mereka tinggal bersama di gubuk yang sudah diperbaiki dan dikaruniai dua anak kembar, Andana dan Andini, serta dua hewan peliharaan, seekor macan jantan dan betina. Suatu malam, Putri Maharani memberikan pesan kepada anak-anaknya, Andana dan Andini, agar membantu ayah mereka merebut tahta Kerajaan Bureng yang telah dirampas Pangeran Bedul.
Putri Maharani meminta Andana untuk pergi ke barat lereng Gunung Bureng dan menghancurkan sebuah batu besar dekat pohon kawung, serta menyuruh Andini untuk pergi ke timur dan menggeser batu besar yang menutupi lubang. Kepada suaminya, Putri Maharani meminta agar membawa pisau untuk membuka jalan ke lereng Gunung Bureng, sementara dirinya akan membersihkan jalan itu.
Anak-anaknya kemudian memberi hormat dan berangkat menunggang macan. Andana berhasil menghancurkan batu besar, sementara Andini berhasil menyingkirkan batu yang menutupi lubang. Dari lubang itu, air mengalir deras, dan Andini segera lari ke barat, bertemu dengan Andana.
Pada saat yang sama, Putri Maharani dan suaminya bekerja untuk membuka jalan menuju puncak Gunung Bureng. Beberapa bulan setelah persiapan matang, peperangan antara Pangeran Ruyung dan Raja Bedul pun terjadi.
Pangeran Ruyung berhasil mengalahkan Raja Bedul yang hanyut terbawa air sungai di timur. Pangeran Ruyung pun dinobatkan sebagai Raja Bureng, dan Putri Maharani menjadi permaisuri. Anak mereka, Andana, diangkat putra mahkota, sementara Andini membantu kakaknya mengatur kerajaan.
Untuk mengenang perjuangan mereka, nama Kerajaan Bureng diganti menjadi Maruyung, yang berasal dari nama Putri Maharani dan Pangeran Ruyung. Kerajaan Maruyung terletak di daerah yang tinggi, di antara dua sungai.
Sungai di sebelah barat lereng Gunung Maruyung disebut Sungai Cikawung, yang berasal dari air di bawah pohon kawung, sedangkan sungai di sebelah timur disebut Sungai Cikendang, yang diambil dari kata “kondang” yang berarti hanyut, karena itulah tempat Raja Bedul jatuh. Kedua sungai ini jika digambarkan dalam peta akan membentuk gambar macan. (Diolah dari berbagai sumber)