Di tanah Pulau Dewata, Bali, yang kaya akan budaya dan legenda, terdapat sebuah kisah tentang cinta, kesetiaan, dan pengorbanan yang mendalam. Legenda ini mengisahkan tentang seorang putri raja bernama Putri Luh Candrasari, yang terkenal karena kecantikannya.
Sosok Putri Luh Candrasari diceritakan sangat luar biasa. Banyak pemuda dari berbagai kerajaan terpikat pesonanya dan berusaha untuk mempersuntingnya.
Sayembara yang Berbahaya
Dikisahkan dulu ada kerajaan yang dipimpin Prabu Maha Sila, ayah Putri Luh Candrasari. Di dekat kerajaan itu terdapat seekor naga putih sakti yang memiliki kekuatan luar biasa.
Banyak pemuda datang untuk melamar Putri Luh Candrasari. Maka dari itu, sang raja harus mencari cara untuk memilih calon suami yang terbaik bagi putrinya.
Akhirnya, Prabu Maha Sila mengadakan sayembara yang hampir mustahil dimenangkan. Setiap pemuda yang ingin menikahi putrinya harus mengambil kedua mata serta sisik naga putih.
Namun, tugas ini bukanlah perkara mudah. Naga putih yang sakti menjadikan banyak pemuda kehilangan nyawa dalam usahanya menyelesaikan sayembara.
Melihat bahaya yang besar, sebagian pemuda mulai putus asa. Meski begitu, seorang pemuda bernama Manik Angkeran tetap bertekad untuk memenangkan sayembara.
Manik Angkeran dan Rahasia Naga Putih
Manik Angkeran bukan sekadar pemuda biasa. Ia telah lama mencintai Putri Luh Candrasari, dan sang putri pun menyimpan perasaan yang sama untuknya.
Dengan semangat membara, Manik Angkeran mencari cara mengalahkan naga putih.
Dalam kebimbangannya, ia pergi menemui gurunya yang bertapa di sebuah gua. Kepada sang guru, ia mengungkapkan niatnya dan bersedia mengorbankan nyawanya demi memenangkan sayembara.
Mendengar ketulusan hati Manik Angkeran, sang guru pun mengungkapkan rahasia besar.
Ia ternyata adalah naga putih yang selama ini dikutuk. Kemudian, dia membantu muridnya dengan mengambil kedua matanya sendiri serta sisiknya, lalu memberikannya kepada Manik Angkeran.
Setelah itu, tubuhnya menghilang begitu saja, meninggalkan duka mendalam bagi Manik Angkeran.
Namun, ia tetap melanjutkan perjalanannya dan kembali ke kerajaan untuk menyerahkan kedua mata dan sisik naga putih kepada Prabu Maha Sila.
Baca juga: Kisah Calon Arang, Dari Cerita Rakyat ke Pentas Seni Bali
Keajaiban di Balik Pengorbanan
Sebagai pemenang sayembara, Manik Angkeran akhirnya menikahi Putri Luh Candrasari.
Kebahagiaan menyelimuti kerajaan, terlebih ketika sang putri mengandung anak mereka. Namun, di balik kebahagiaan itu, Manik Angkeran merasa khawatir dengan takdirnya.
Dia merasa hidupnya telah sampai pada akhirnya. Ia ingat janjinya bahwa ia rela meregang nyawa demi memenangkan sayembara. Tak lama kemudian, tubuh Manik Angkeran melemah dan akhirnya ia meninggal dunia.
Kesedihan mendalam melanda Putri Luh Candrasari. Tak sanggup kehilangan suaminya, ia berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesempatan untuk menyusul Manik Angkeran.
Namun, Tuhan berkata belum saatnya sang putri berpulang. Melihat ketulusan cinta dan kesetiaan Putri Luh Candrasari, Tuhan akhirnya meniupkan roh kembali ke tubuh Manik Angkeran.
Dengan mukjizat ini, Manik Angkeran hidup kembali, dan mereka berdua menjalani kehidupan yang bahagia bersama keluarga mereka.
Legenda Putri Luh Candrasari dari pulau dewata ini, selain kisah cinta, tetapi juga menyampaikan pesan tentang pengorbanan, ketulusan, dan kesetiaan. Kisah ini mengajarkan bahwa cinta sejati mampu melewati berbagai rintangan dan bahkan kematian. (Dari berbagai sumber)