Eksistensi seniman dan budayawan berpengaruh di Indonesia, seperti Harry Roesli, kembali mendapat apresiasi dari pemerintah.
Musisi bernama Djauhar Zaharsyah Fahrudin Roesli (Alm) atau yang populer dipanggil Harry Roesli ini telah dianugerahi Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma yang diserahkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, 14 Agustus 2024.
Tanda kehormatan ini diberikan bagi yang telah menyumbangkan nilai-nilai luhur sebagai darma baktinya dalam bidang kebudayaan. Penghargaan ini menjadi pengakuan negara terhadap dedikasi warga dalam melestarikan dan memajukan warisan budaya bangsa.
Harry Roesli lahir di Bandung, Jawa Barat, 10 September 1951. Harry yang dikenal dengan julukan Si Bengal dari Bandung adalah cucu dari pujangga besar Indonesia Marah Roesli pengarang novel Siti Nurbaya.
Sejak belia, Harry sudah menggeluti dunia musik. Usai lulus SMA, Harry sempat kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga semester 4. Harry lalu pindah ke Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Band pertamanya, Gang of Harry Roesli dibentuk bersama Indra Rivai, Iwan A Rachman dan Albert Warnerin. Band langsung merilis album Philosophy Gang (1973) yang disebut sebagai salah satu album fenomenalnya. Band ini bubar tahun 1975.
Musisi Kritis lewat kritik dalam Lirik
Harry sempat bikin kelompok Teater Ken Arok dan beberapakali berpentas di Jakarta. Selian itu, Harry bersolo karir dengan merilis album legendaris seperti Ken Arok, Titik Api, Gadis Plastik, L.T.O, Kota Gelap dan Jika Hari Tak Berangin.
Melalui karya-karya itu Harry dikenal sebagai musisi kritis yang mampu meracik lirik menjadi kritik. Harry pun sangat perhatian terhadap kehidupan kaum marjinal. Beasiswa untuk kuliah di Rotterdam Conservatorium Belanda sempat didapatkan Harry Roesli. Gelar doktor musik berhasil diraihnya tahun 1981.
Sepulang dari Belanda, Harry mendirikan Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) di rumahnya, jalan WR Supratman sebagai ruang kreatifitas musisi dan seniman.
Musisi ini juga sempat menjadi dosen. Di kampus musisi ini menginisiasi berdirinya jurusan pendidikan seni musik di IKIP Bandung (UPI Bandung) di tahun 1982 dan jurusan seni musik di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (1999).
Si Bengal dari Bandung ini dikenal sebagai musisi serba bisa karena bisa memainkan banyak alat musik seperti gitar, gamelan dan drum. Eksperemin bermusiknya juga unik dan tidak biasa karena memainkan bukan alat musik seperti botol, kaleng atau beling.
Penampilan keseharian Harry dan saat di atas panggung dikenal khas dan eksentrik antara lain dengan wajah berkumis, berjanggut tebal, berambut gondrong dan berpakaian serba hitam.
Musisi serba bisa dan eksentrik ini berpulang di usia 53 tahun,11 Desember 2004 di Jakarta. Harry Roesli tiada dengan meninggalkan karya-karya fenomenal yang masih dibicarakan dan diapresiasi para penggemar musik hingga saat ini.