By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Horja Bius, Cara Masyarakat Batak Menyelesaikan Permasalahan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Horja Bius, Cara Masyarakat Batak Menyelesaikan Permasalahan
Tradisi

Horja Bius, Cara Masyarakat Batak Menyelesaikan Permasalahan

Anisa Kurniawati
Last updated: 13/02/2025 15:53
Anisa Kurniawati
Share
Foto: infobudaya.net
SHARE

Horja Bius adalah salah satu tradisi musyawarah ala masyarakat Batak Toba, Sumatera Utara. Tujuannya untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan permasalahan bersama.

Tradisi yang berkembang khususnya di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara ini dilakukan dengan mempersembahkan kerbau sebagai ungkapan syukur. 

Upacara ini dahulu selalu disertai dengan ritual Mangalahat Horbo, yaitu persembahan berupa kerbau pilihan sebagai ungkapan syukur kepada leluhur. 

Dilansir dari infobudaya.net, sebelum masuknya agama Kristen, masyarakat Batak Toba banyak yang menganut kepercayaan Parmalim. Horja Bius memiliki keterkaitan erat dengan ajaran ini.

Meskipun kini hanya sebagian kecil masyarakat yang masih mempraktikkannya. Khususnya mereka yang tinggal di sekitar Pulau Samosir.

Rangkaian Ritual Horja Bius

Dalam kehidupan sosial masyarakat Batak Toba, terdapat tiga elemen penting dalam sistem musyawarah, yaitu Huta, Horja, dan Bius.

Huta merujuk pada kelompok perkampungan yang dipimpin seorang Raja Huta, biasanya berkaitan dengan garis keturunan marga. 

Dalam Horja Bius, salah satu ritual penting yang dilaksanakan adalah Hahomion. Ritual ini adalah upacara pemujaan terhadap roh leluhur dan kekuatan gaib sebagai bentuk penghormatan dan permohonan restu.

Horja Bius terdiri dari beberapa tahapan ritual. Pertama, Ulaon Hahomion, yaitu ziarah ke makam Dolok Ompu Raja Sidabutar untuk memohon berkat dan perlindungan dalam upacara.

Dalam pelaksanaannya, ritual ini biasanya di barengi dengan Tari tortor tunggal panaluan dan tortor parsiarabu. Kemudian ada prosesi simbolis sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, yaitu Marjoting da Pajongjong Borotan. 

Prosesi yang menarik dalam upacara ini adalah Mangalahat Horbo. Prosesi ini melibatkan seekor kerbau liar yang ditangkap dari hutan diarak menuju tiang tambat sebelum disembelih. 

Tujuannya supaya melambangkan harapan agar tanah tetap subur, hewan ternak berkembang biak, serta kesejahteraan masyarakat tetap terjaga.

Sajian Tradisional dalam Upacara

Upacara Horja Bius juga melibatkan berbagai perlengkapan. Beberapa diantaranya yaitu, daging kambing putih dan ayam putih jantan yang dimasak dan dipotong sesuai aturan adat.

Ada juga ayam jantan merah panggang, hanya boleh dimasak dan dikonsumsi kaum laki-laki.

Selain makanan juga ada sagu-sagu dan itak nani hopingan. Sajian ini berupa kue berbahan tepung beras yang melambangkan semangat dan doa restu.

Makanan lain yaitu, Ihan Batak, ikan khas Danau Toba yang dimasak secara khusus.

Untuk penyucian, terdapat air campuran jeruk purut yaitu anggir pangurason. Tradisi ini juga diiringi dengan alat musik tradisional gondang sabangunan dan dupa. 

Horja Bius kini telah menjadi bagian dari Horas Samosir Festival. Dengan segala keunikannya, tradisi ini dapat menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dengan format teater kolosal, tradisi ini tetap terjaga tanpa kehilangan nilai sakralnya. 

Dua desa yang masih rutin menggelar upacara ini adalah Desa Tuktuk dan Desa Simanindo. Melalui Horja Bius, masyarakat Batak Toba tidak hanya menjaga warisan leluhur mereka tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada dunia. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Tradisi Labuh Saji, Lestarikan Kekayaan Laut Sukabumi

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Digelar di Kampung Ketandan

Tradisi Pengobatan Makan di Kelung Masih Lestari Di Jambi?

Larung Sembonyo, Ritual Sedekah Laut Masyarakat Trenggalek

Sambut Ramadhan dengan Semangat Perang Air Bajong Banyu

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Kesenian Ajeng, Pusaka Leluhur Sumedang Yang Menolak Punah
Next Article Istana Basa Pagaruyung, Wisata Ikonik Budaya Minangkabau 
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?