IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) kembali menunjukkan penguatan setelah sebelumnya mengalami tekanan signifikan. Pada pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (21/3/2025), IHSG dibuka menguat 7,02 poin atau 0,11 persen ke level 6.388,69.
Penguatan ini melanjutkan tren positif setelah pada penutupan perdagangan Kamis (20/3/2025), IHSG ditutup di posisi 6.381,67, naik 70,01 poin dari sesi sebelumnya.
Sebelumnya, pada Selasa (18/3/2025), perdagangan di BEI sempat dihentikan sementara atau mengalami trading halt setelah IHSG anjlok lebih dari 5 persen pada pukul 11.19 WIB.
Optimisme Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan bahwa instrumen keuangan Indonesia tetap menarik bagi investor. Ia menyebutkan bahwa Surat Berharga Negara (SBN), saham, serta Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masih memiliki fundamental yang kuat.
“Kami masih memercayai bahwa instrumen-instrumen aset keuangan Indonesia, apakah itu SBN (Surat Berharga Negara), saham, ataupun SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia), secara fundamental itu memang tetap menarik karena pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi,” kata Perry Warjiyo, Jumat (21/3/2025) dilansir dari infopublik.id.
Perry menjelaskan bahwa tekanan terhadap pasar saham tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat dan kawasan Asia lainnya. Ketidakpastian di pasar keuangan global diperparah penurunan yield US Treasury serta pelemahan indeks mata uang dolar AS (DXY).
Hal ini dipengaruhi ketidakpastian kebijakan penurunan suku bunga acuan The Fed (Fed Funds Rate). Ia menambahkan bahwa aliran modal global mengalami pergeseran dari Amerika Serikat ke aset lain, seperti emas dan obligasi di negara maju serta negara berkembang.
Namun, investasi portofolio saham masih cenderung terkonsentrasi di negara maju, kecuali Amerika Serikat, dan belum sepenuhnya mengarah ke negara-negara emerging market (EM).
“Jadi memang, turunnya harga saham itu terjadi di Amerika dan di regional Asia sehingga investasi portofolio ini lebih banyak mengalih ke negara maju selain Amerika, itu yang kami lihat. Oleh karena itu, kami masih memercayai instrumen-instrumen aset keuangan kita tetap menarik,” ujar Perry.
Faktor Pendukung Penguatan IHSG
Beberapa faktor domestik turut mendukung penguatan IHSG, di antaranya adalah stabilitas politik yang terjaga setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan tetap berada di kabinet. Selain itu, pertumbuhan kredit yang masih menunjukkan ketahanan juga memberikan kepercayaan bagi investor bahwa aktivitas industri tetap ekspansif.
Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengizinkan emiten melakukan buyback saham tanpa perlu persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) juga menjadi sentimen positif bagi pasar.
OJK menerbitkan kebijakan tersebut sebagai respons terhadap tekanan pasar sejak 19 September 2024, di mana IHSG mengalami penurunan sebesar 1.682 poin atau 21,28 persen dari level tertingginya. Diharapkan, kebijakan ini dapat meningkatkan kepercayaan investor serta mengurangi tekanan di pasar saham.
Baca juga:
Pertumbuhan Ekonomi Tetap Terjaga
Di tengah ketidakpastian global, Perry memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dalam kondisi yang baik. Konsumsi rumah tangga tetap terjaga dengan dukungan belanja pemerintah, termasuk pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan belanja sosial. Permintaan domestik yang meningkat menjelang Idulfitri juga menjadi faktor pendukung.
Sektor investasi swasta pun diharapkan terus meningkat seiring dengan optimisme produsen, yang tercermin dalam Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia yang berada di level ekspansif.
Dari sisi eksternal, ekspor nonmigas pada Februari 2025 mengalami kenaikan, terutama dari sektor minyak kelapa sawit dan kendaraan bermotor.
Secara sektoral, sektor pertanian diproyeksikan mengalami pertumbuhan seiring dengan musim panen raya, sementara sektor pertambangan dan industri pengolahan sedikit melambat akibat turunnya permintaan eksternal.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 tetap berada di kisaran 4,7-5,5 persen.
Bank Indonesia juga terus mendorong digitalisasi transaksi pembayaran serta mendukung implementasi program Asta Cita Pemerintah dalam berbagai sektor, termasuk pembiayaan ekonomi, digitalisasi, serta hilirisasi dan ketahanan pangan.