Pedole-dole adalah tradisi yang diperuntukkan pada bayi atau balita. Tradisi yang berasal dari Buton, Sulawesi Tenggara ini dipercaya bisa menangkal segala macam bala dan penyakit hingga anak tumbuh dewasa.
Tradisi pengobatan pedole-dole telah dilaksanakan sejak zaman Kerajaan Buton. Ritual ini bermula ketika anak petinggi di Kesultanan Buton masa lalu, bernama Betoambari, sakit-sakitan.
Di dalam meditasinya sang Sultan mendapat perintah untuk menggelar Pedole-dole atau yang kemudian disebut masyarakat setempat sebagai imunisasi tradisional.
Setelah dilaksanakan tradisi dole- dole, Betoambari sembuh dan tumbuh sehat. Sehingga sejak itu, Sultan memerintahkan agar semua masyarakat di wilayah Buton melaksanakan tradisi ini. Hingga kini pedole-dole terus dilestarikan.
Ritual ini biasanya dilaksanakan pada bulan Rajab, Syawal atau setelah Idulfitri. Bahkan tradisi ini sejak tahun 2014 digelar secara masal. Selain itu, juga masuk masuk dalam rangkaian pelaksanaan Festival Budaya Tua.
Ritual Pidole Dole
Ritual ini bisa dilaksanakan di manapun. Sebelum dilaksanakan ritual Pidole-dole, terlebih dahulu menyiapkan rumpun (kelompok tumbuhan yang mempunyai akar sama.) Terdapat 12 jenis rumpun yang harus dikumpulkan.
Fungsi rumpun adalah untuk mengobati penyakit. Setelah itu mempersiapkan bayi atau anak balita yang akan didole-dole. Biasanya berumur di bawah lima tahun.
Perlengkapan lain yang perlu dipersiapkan antar lain beras, minyak kelapa, daun pisang, ubi, dan bawang merah.
Proses selanjutnya yaitu menyiapkan dua sesajen. Pertama berisi nasi, umbi-umbian, ikan dan lainnya yang disimpan di tempat kukus nasi dan ditutup daun pisang. Kedua berisi daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir, pisang, rokok, uang dan pisau.
Ritual Padole-Dole
Berikut ini proses ritual yang biasanya digelar:
Pertama, dilakukan pembacaan niat sembari mengunyah inang. Niat dibacakan di telinga kanan dan kiri anak. Setelah itu anak diangkat sambil digoyang di atas sesajen sebanyak tiga kali.
Kedua, anak diletakkan di atas daun pisang yang diberi minyak kelapa. Kemudian anak digulingkan sehingga seluruh tubuh dilumuri minyak. Lalu anak dimandikan dengan 12 rumpun.
Ketiga, semua sesajen yang telah disiapkan dan digunakan dimakan bersama-sama. Kecuali orang tua anak dilarang memakan sesajen. Alasannya dapat membatalkan pengobatan.
Kemudian bahan-bahan yang sudah tidak digunakan di buang ke laut agar sialnya mengikut arus laut.
Tradisi pengobatan pedole-dole merupakan salah satu tradisi yang diwariskan dari Budaya suku Buton (Wolio). Selain memiliki makna simbolik yang mendalam serta menjadi bagian dari identitas budaya, sudah sepatutnya tradisi ini terus dilestarika. (Diolah dari berbagai sumber)