Iwan Fals dikenal sebagai musisi ‘wakil rakyat’ lantaran lagunya yang identik dengan seruan hati para wong cilik. Lagu-lagunya kerap dihubungkan dengan protes-protes sosial seperti pernah terkenal lewat Oemar Bakrie (1981) dan Bento (1991).
Lahir dengan nama asli Virgiawan Listianto, pada 3 September 1961 di Jakarta, musisi ini memiliki sembilan bersaudara, namun empat meninggal dunia. Semenjak kecil Iwan sering diajak ibunya, Lies Haryoso, mengikuti berbagai kegiatan sosial.
Bakat musiknya sudah ada semenjak Iwan masih kecil. Pada usia 13 tahun, Iwan mulai mengamen di Bandung. Selain menjadi pemain gitar di vokal grup sekolahnya SMP 5 Bandung, ia juga sering mencoba mengarang lagu sendiri. Ia membuat lagu yang liriknya lucu, bercanda, bahkan mengutak-ngatik lagu orang.
Bersama Engkos, manajernya yang waktu itu berprofesi sebagai tukang bengkel sepeda motor, Iwan mulai menyanyi di berbagai acara hajatan, kawinan atau sunatan. Karena tertarik dengan ajakan seorang produser, Iwan yang masih bersekolah di SMA Bandung, pergi ke Jakarta bersama teman-temannya
Namun, penjualan album yang direkamnya kurang sukses di pasaran. Setelah itu, Iwan kembali mengamen dan ikut berbagai festival. Ia sempat menjuarai festival musik country lalu mengikuti festival lagu humor.
Lagu humor Iwan kemudian direkam dan diproduseri oleh Handoko di bawah bendera perusahaan ABC Records. Akan tetapi album ini juga kurang sukses. Setelah sempat rekaman sekitar 4-5 album, nama Iwan akhirnya melejit ketika mengeluarkan album seperti Sarjana Muda, album solo perdananya, album 1910, dan album Mata Dewa. Namun baru, tahun 1987, wajah Iwan baru mulai dikenal banyak orang di TV.
Sempat Dicekal
Di masa Orde Baru, lagu-lagu Iwan Fals sering dicekal dan ia dilarang melakukan pertunjukan di beberapa daerah karena liriknya dianggap dapat memicu kerusuhan. Beberapa lagu Iwan yang berisi kritikan pemerintah bahkan oleh perusahaan rekaman yang memayunginya tidak berani dimasukkan ke album untuk dijual bebas.
Dia pernah berurusan dengan aparat karena lagu yang berjudul Demokrasi Nasi. Lagunya yang berjudul Mbak Tini yang mengisahkan seorang pelacur yang membuka warung kopi di pinggir jalan dan mempunyai suami bernama Soeharto, juga membuat ia berada dalam masalah. Pada waktu itu, lagu tersebut dianggap menghina presiden RI, Soeharto. Bahkan, Iwan terancam bakal masuk penjara.
Saat rezim Orde Baru hampir tumbang, ia membuat lagu berjudul Kamu Sudah Gila, Apa Kamu Sudah Jadi Tuhan? Selain itu, lagu-lagu lain miliknya yang kerap dihubungkan dengan protes-protes sosial, ada Oemar Bakrie (1981) dan Bento (1991).
Pria yang diberi julukan “Pahlawan Besar Asia” menurut majalah Time Asia edisi 29 April 2002 ini juga membuat lagu khusus berjudul Galang Rambu Anarki seperti nama anaknya. Namun pada April 1997, anak pertama tersebut pergi meninggalkan dunia secara mendadak yang membuat Iwan sempat vakum beberapa thun.
Selama 3 tahun setelah kelahiran anak pertamanya Iwan masih mengamen. Baru tahun 1985, setelah anak keduanya lahir, Anissa Cikal Rambu Basae, Iwan memutuskan berhenti total dari mengamen. Iwan sempat kuliah di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (sekarang Institut Kesenian Jakarta) dan menghilang selama kurang lebih 10 tahun dari industri hiburan.
Hingga kini ia masih aktif bermusik. Iwan Fals juga sering berkolaborasi dengan musisi-musisi muda. Misalkan seperti Sheila on 7, Pongky Eros, Padi, Nadin Hamizah, dan banyak lainnya. Terakhir dia merilis album melalui naungan Nuon Digital Indonesia yang bisa didengar melalui platform Langit Musik. Judul albumnya yaitu Tujuh Belas. Beberapa lagu diantaranya adalah “Kau dan Aku” serta “Perahu Nuhku” yang memiliki makna dan emosi dalam. Di albumnya kali juga menghadirkan kolaborasi dengan Fahruddin Faiz yang direkam secara live di Fals Record Studio. (Sumber: tokoh.id)