Jembatan Merah merupakan obyek wisata dan monumen bersejarah yang menghubungkan jalan Rajawali dan jalan Kembang Jepun di sisi Utara kota Surabaya, Jawa Timur.
Tidak hanya sebagai sarana penunjang transportasi, jembatan ini menjadi saksi atas banyak peristiwa bersejarah di Indonesia. Salah satunya yaitu tewasnya Jenderal Mallaby, yang menjadi salah satu penyebab peristiwa 10 November.
Sejarah Jembatan Merah Surabaya telah melintas rentang waktu panjang, sejak era VOC hingga Indonesia merdeka. Belum ada catatan pasti terkait waktu pembangunan Jembatan Merah.
Meskipun demikian, menurut sejumlah dokumen sejarah, kawasan sekitar Jembatan Merah telah menjadi urat nadi Kota Surabaya sejak era VOC. Tepatnya pada tahun 1743.
Dilansir dari laman esi.kemdikbud.go.id, melalui perjanjian dengan VOC pada 11 November 1743, Paku Buwono II menyerahkan sebagian daerah pantai utara Jawa, termasuk Surabaya. Sejak saat itu wilayah Surabaya sepenuhnya di kuasai Belanda.
Peristiwa Bersejarah
Peristiwa sejarah penting di Jembatan Merah berawal dari pendaratan Brigade 49 pimpinan A.W.S Mallaby di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Tugas awalnya hanya melucuti senjata tentara Jepang.
Hal ini juga sesuai kesepakatan dengan Indonesia. Mereka berjanji akan menjaga keamanan dan ketentraman. Namun kesepakatan itu tidak berlangsung lama.
Sehari setelah disepakatinya perjanjian itu, pihak Inggris langsung mengultimatum masyarakat Surabaya untuk segera menyerahkan senjatanya kepada tentara Inggris.
Hal ini memancing kemarahan masyarakat Surabaya. Tentara Inggris melanggar soal pelucutan senjata dan juga membebaskan seorang kolonel Angkatan laut Belanda, yaitu Kolonel Huiyer.
Kontak senjata antara pemuda dan tentara Inggris pertama terjadi pada tanggal 27 Oktober sebelum akhirnya semakin meluas. Sehari setelahnya terjadi pertempuran besar-besaran guna mengusir tentara Inggris dari Surabaya.
Hari Pahlawan
Untuk menghindari kontak senjata lebih lanjut, Pemerintah RI bertemu dengan Mallaby guna melakukan perundingan. Dalam perundingan ini disetujui untuk menghentikan pertempuran dengan membentuk kontak biro.
Dalam upaya penghentian pertempuran itu, Mallaby yang ikut serta turun terbunuh. Mallaby tewas tertembak salah satu pemuda dan mobilnya meledak akibat dilempar sebuah granat.
Kematian Mallaby di Jembatan Merah ini menyebabkan pihak Inggris marah. Mereka mengancam rakyat Surabaya untuk menyerah apabila tidak ingin diperangi oleh Inggris.
Pada saat itu, secara resmi, Gubernur Surabaya juga menyatakan bahwa mereka menolak ultimatum yang diberikan pihak Inggris. Akibatnya, mulai terjadi kontak senjata di beberapa titik.
Puncaknya Pertempuran 10 November 1945 menjadi pertempuran pasukan Indonesia dan tentara Inggris. Pertempuran ini bertujuan untuk menolak penjajahan dan bersatu melawan penjajah.
Para pemuda berhasil mempertahankan Surabaya dalam pertempuran yang berlangsung selama tiga pekan. Pertempuran terakhir berlangsung di Gunungsari pada 25 November 1945 sebelum akhirnya berlanjut secara terpisah di beberapa titik.
Peristiwa 10 November 1945 kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Berbagai renovasi dilakukan untuk menjaga keamanan dan keberlanjutan strukturnya. Namun, desain dan ciri khas arsitektur klasiknya tetap dipertahankan sebagai bagian dari warisan sejarah kota.