Jipeng merupakan kombinasi unik dari pertunjukan topeng yang diiringi dengan orkes Tanjidor. Perpaduan ini tercipta karena masyarakat yang mulai bosan dengan pertunjukan Tanjidor yang hanya memainkan instrumen musik saja.
Kesenian Jipeng berawal dari kesenian tanjidor yang sebelumnya telah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Kesenian Tanjidor sendiri awalnya dikenal dengan nama Tangsi atau Tanji. Namun karena ada penambahan beberapa alat musik lain seperti gendang, gong, dan alat musik gesek membuat nama Tanji berubah menjadi Tanjidor.
Tanjidor awalnya dikenal dengan nama Tangsi atau Tanji. Kesenian ini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi. Biasanya dimainkan dalam berbagai acara tradisional, seperti pernikahan, khitanan, dan acara keagamaan.
Meski menghibur, lama-kelamaan masyarakat mulai merasa bosan dengan pertunjukan Tanjidor yang hanya memainkan instrumen musik saja. Untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat Betawi mencoba menggabungkan kesenian Tanjidor dengan Topeng, yang kemudian menghasilkan kesenian baru bernama Jipeng.
Pertunjukan Jipeng sendiri merupakan perpaduan antara tarian, nyanyian, perpaduan gerak dan teater yang kadang mengundang lawakan serta diiringi dengan alat musik Tanjidor. Tata cara pergelaran Jipeng tidak berbeda jauh dengan pergelaran Topeng.
Perbedaannya hanya pada pertunjukan dan kostum. Kostum yang digunakan pemain Jipeng cukup memakai kebaya, kain panjang, dan selendang panjang yang diikatkan di pinggang. Untuk tema yang dibawakan kesenian ini biasanya tentang keagamaan atau petuah.
Selain itu, pertunjukan ini juga ditambah dengan lawakan. Cerita yang dipentaskan dalam lawakan biasanya mengenai keseharian masyarakat Betawi atau cerita rakyat sunda. Lagu-lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan Jipeng biasanya lagu betawi dan sunda atau gabungan di antara keduanya.
Waktu pementasan Jipeng umumnya dilakukan pada malam hari. Sedangkan pada siang hari, Tanjidor biasanya terlebih dahulu diarak keliling kampung. Pada tahun 1970-an dan 1980-an, Jipeng mengalami puncak popularitas dan sering ditampilkan dalam berbagai acara. Namun, saat ini kesenian Jipeng lebih terbatas hanya di pinggiran Jakarta, dengan sedikit grup yang masih mempertontonkannya.
Meskipun mengalami penurunan popularitas dalam beberapa dekade terakhir, Jipeng tetap dijaga dan dilestarikan oleh kelompok-kelompok dan komunitas pecinta budaya. seperti Jipeng Al Jabar yang saat ini sudah memasuki generasi ketiga. Dengan demikian, Jipeng bukan hanya merupakan bentuk hiburan, tetapi juga bagian penting dari warisan budaya Betawi yang perlu dilestarikan dan diapresiasi. (Anisa Kurniawati- Berbagai Sumber)